Selasa, 11 Desember 2018

Tiga Puluh Hari Bersamamu


Selamat satu bulan pernikahan, Sayang.
Tidak terasa hari terus berganti begitu cepat ketika kita bersama. Setengah dari perjalanan yang kita lalui bersama-sama. Menjadi manusia asing yang tiba-tiba adalah segalanya. Membuat kita sama-sama belajar bahwa hidup ini memang penuh perbedaan dan tentang bagaimana kita menjadikannya seirama dengan menemukan titik temunya.

Selamat satu bulan pernikahan, Sayang.
Waktu menjadi sedikit melambat ketika kita berpisah untuk sementara. Setengah dari perjalanan yang kita lalui bersama di tempat yang berbeda. Tak apa, selama kita masih di atas bumi dan di bawah langit yang sama. Menjadi manusia asing yang tiba-tiba harus saling memberikan perhatian dan pengertian. Menjadi manusia yang langkahnya menjadi sangat 'bergantung' pada layar enam inchi. Membuat kita sama-sama belajar bahwa jarak bukanlah penghalang yang berarti bagi orang-orang  yang sangat berarti.

Terima kasih, Sayang.
Telah datang dengan cara yang baik dan di waktu terbaik menurutNya. Terima kasih untuk satu bulan kebersamaan kita. Mungkin kita hanyalah dua manusia biasa yang dipertemukan takdirNya. Mari merawat cinta bersama, hingga bersama pula menuju surgaNya.

"Sakinah, tentram ketika bersama, juga tentram ketika berpisah", begitu katamu, bukan? Semoga Allah senantiasa memberkahi dan melimpahkan ketentraman pada keluarga kita.

Selamat satu bulan pernikahan, Sayang.
Semoga selamanya bersama.


Jakarta, 11 Desember 2018
Ny. Jihad

Senin, 10 Desember 2018

Sholat Malam dan Rindu

Di malam yang dingin dan sesunyi ini, menarik kembali selimut tentu sangat menyenangkan. Bebas dari hawa dingin dan nyamuk ganas ~

"Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk sholat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, ..."

Bentar deh.. Lima menit lagi...

"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. ..."

Eh?

=====

Surat Muzzammil ini, sungguh mencabik-cabik perasaan kita. Bagaimana bisa kita terlalu sibuk dengan dunia di siang hari, lalu di malamnya pun tak kita sempatkan waktu untuk menuntaskan rindu dengan Sang Pencipta?

Sering, kita sudah diberikan tanda untuk terbangun di malam hari. Sayangnya, sinyal-sinyal itu sering kita abaikan. Menarik lagi selimut adalah hal yang nikmat dan tak pernah ragu kita lakukan. Alarm yang sudah meraung-raung pun kita matikan cuma-cuma. Tunda lagi, tunda lagi. Sampai adzan menyahut-nyahut, baru kita terkaget-kaget. Atau, malah masih asik berselimut?

Padahal, sudah jelas bahwa Allah sudah memilih kita untuk menjadi satu dari sekian yang 'dipanggil'. Kadang, melalui hawa dingin yang tetiba menyeruak dan membuat kita terbangun menggigil. Kadang, melalui nyamuk ganas yang menggigit tanpa ampun hingga kita terbangun gatal-gatal. Kadang, melalui alarm yang meraung-raung, suara tetangga yang berisik, selimut yang terjatuh, keinginan untuk berhajat ke kamar mandi, atau hal-hal kecil lainnya yang mungkin tidak kita sadari bahwa itu adalah tanda.

Tanda, bahwa Allah sedang merindukan hambaNya.

Lalu, apakah kita menyambut panggilan rindu itu? Atau hanya sebatas lalu saja? Bukankah, di setiap sepertiga malam itu, adalah waktu terbaik kita bertemu denganNya? Seberat itukah menuntaskan rindu dengan Sang Pencipta? Seberat itukah kita tundukkan diri sejenak melalui Qiyamul Lail dibandingkan apa yang telah Allah berikan kepada kita? Apa kita tidak rindu? Apa kita tidak ingin membalas rindu itu?

=====

Ah iya, tentang rindu.
Barangkali rindu itu berat. Eh, emang berat sih ya. Tapi, bukankah kita tetap senang merindu? Bukankah kita menikmati setiap saat kerinduan sampai kita menyapa temu? Bukankah, kita akan melakukan dan memperjuangkan apapun untuk mempersiapkan pertemuan itu sebaik mungkin? Baik dengannya, apalagi denganNya, bukan? Baik dengan ciptaanNya, apatah lagi dengan Penciptanya, kan?

=====

Kalau sholat malam dan rindu sama-sama berat, barangkali kolaborasi keduanya akan saling meringankan? Semoga keduanya berujung pertemuan membahagiakan. Mari kita buktikan. ❤

Jakarta, 10 Desember 2018
Di ujung pagi, diantara nyamuk ganas, dan berisik musik tetangga. It's okay, mari menuntaskan rindu, juga untuk mempersiapkan temu :3

Rabu, 31 Oktober 2018

Tentang Hidup (?)

Hmmm jadi gini.
Semua hal di hidup ini, fana. Sementara.
Susah, senang, di atas, di bawah, penuh, kosong, sedih, bahagia, hidup, lalu mati.
Yaaa pokoknya semua sementara to?

Jangan terlalu.
Terlalu sedih, jangan.
Terlalu bahagia, jangan.
Yaaa pokoknya hidup dibawa santai aja.

Yang penting, tujuannya tetap sama. Ke Allah.
Utuh, nggak bisa diganggu gugat.
Jadi, biar hidup kita juga enak. Nggak gampang sedih, nggak gampang kecewa. Kalau gampang bahagia? Gakpapa hehe. Bagus. Nggak menyusahkan diri sendiri dan orang lain. 😝

Dikit-dikit, sabar.
Dikit-dikit, syukur.
Dah gitu aja.
Nggak usah terlalu spaneng menghadapi hidup ini ~

Gitu?

Jakarta, 31 Oktober 2018 22:33
Baru mau bersiap tidur, abis nyuci malam. Haha haha haha. Bhay~

*ohiya, ini btw note to myself sebenarnya, yang juga terinsipiresyen dari beberapa biji kecambah, eh manusia, yang sepertinya terlalu mengkhawatirkan hidupnya akhir-akhir ini. Hm. Jangan, anak muda. Jangan. Dak usah capek-capek mikirin takdir kita. Beraaat. Biar serahkan ke Allah aja yang bakal kasih kita yang terbaik. Yang penting usaha sebaik mungkin, lalu tawakkal. Pasrahkeun. Gitu.

Dah ah, nanti panjang lagi, ku dak jadi tidur lagi, besok harus bangun pagi 😌

Selasa, 09 Oktober 2018

Tentang Takdir (2)

Doa hari ini, "Ya Allah, hindarkanlah hamba dr galau berkepanjangan tentang apapun yang sudah Engkau takdirkan."

Secukupnya aja yhaaa ~ 😗

Hidup manusia emang macem-macem, ya. Ternyata di luar sana banyak lho orang-orang 'galau'. Tentang banyak hal. Kenapa? Padahal kan Allah dah jamin semuanya to? Apakah mereka orang² yang keimanannya diragukan? Hmm enggak juga padahal.

Ya Allah...
Tawakkal tu, emang nggak mudah sih ya. Sama kaya istiqomah juga.
Keliatannya tinggal pasrah. Tapi, buntutnya panjang juga. Ya kita harus mau menerima segala ketentuan Allah, apapun itu. Dan, ini ada setelah ikhtiar, usaha-usaha yang kita lakukan.

Tapi, usaha yang kek mana?
Nah, itu lagi. Sering juga kita salah paham terkait usaha ini. Bukan hanya usaha yang berorientasi atau berskala dunia aja ya, tapi juga yang berorientasi akhirat. Usaha duniawi pasti dah pada paham lah ya. Usaha berorientasi akhirat? Sholat, puasa, doa, sedekah, sabar, ikhlas. Semuanya. Bukan hanya amalan yang dzahir terlihat aja, tapi yang nggak kelihatan juga.

Jangan pernah sepelekan amal usaha sekecil apapun. Allah Maha Melihat, gais. Dan, Allah Maha Tahu, mana yang terbaik buat kita.

Kalau kita sampai saat ini belum ditakdirkan sampai pada apa yang selama ini kita "tuju", sabar. Banyak jalan menuju Allah, to? Maksudku, janganlah kita ini menyempitkan karunia Allah yang sangat luas dengan menyempitkan takdir sesuai apa yang ada di pikiran kita aja. Cobalah buka sedikit pikiran kita. Pelan-pelan.

Coba rasakan, Allah tu, sebenarnya pengen kita kaya mana sih? Apa udah bener yang selama ini kita impi-impikan? Jangan-jangan, meski 'kelihatannya' baik, itu nggak baik buat kita? Jangan-jangan malah menjauhkan kita dari Allah? Atau jangan-jangan, emang kita belum siap sampai di titik itu?

Semua, pasti ada waktunya.
Sabar. Dan tetap lakukan yang terbaiks~

Pilih mana, sampai di titik atau mimpi yang kita inginkan, atau terus deket sama Allah?

Jakarta,
9 Oktober 2018

Senin, 08 Oktober 2018

Semoga Bertemu

Semalam, ada yang bilang rindu. Katanya, waktu mungkin tidak akan sama lagi seperti yang dulu.
Semalam, ada yang bilang rindu. Katanya, terbayang-bayang kisah bersama di masa lalu.
Hei, apakah sama?
Bukankah, waktu memang akan terus berjalan dengan atau tanpa kamu?
Maka jangan berhenti disitu..
Bergeraklah,
Berjalanlah,
Kalau perlu, berlarilah.
Kita susuri bersama mesin waktu yang kadang terkesan sedikit congkak itu, tak mau menunggu kita yang tertatih mengejarnya.
Tak apa, katamu, hidup bukan lomba lari bukan?
Pelan-pelan saja, asal kita terus bergerak. Asal kita tidak berdiam diri.
Nanti, pada saatnya, kita akan berhenti di tujuan akhir kita setelah pemberhentian-pemberhentian yang semoga menyenangkan.
Semoga kita bertemu lagi, ya!
Aku yakin akan banyak teman jalan yang datang silih berganti. Mungkin aku, atau orang lain, atau orang lain lagi.
Tak apa.
Asal tujuan kita masih sama, yakinlah esok kita akan berjumpa.

Jakarta,
8 Oktober 2018
Di penghulu shubuh.

Kamis, 27 September 2018

Menumbuhkan Keyakinan

Tidak satu-dua malam
Bukan satu-dua hari
Tapi melalui malam-malam yang gelisah, bait-bait doa yang panjang, sampai tetes-tetes air mata
Terkadang, perasaan ragu itu seenaknya muncul kembali
Menggoda niatan diri apakah benar-benar mengharapkan ridho Ilahi
Kemudian keyakinan muncul kembali seiring keimanan yang terus diusahakan
Begitulah
Sesungguhnya keragu-raguan bukanlah sifat seorang mukmin
Kadang memang ia datang, tapi baiknya segera kita tepiskan
Berhenti, atau jalan kembali
Menumbuhkan keyakinan membutuhkan usaha yang tidak mudah
Tapi hei, bukankah akhir yang baik memang membutuhkan usaha yang lebih?

Rabu, 26 September 2018

Jangan Silau

Hati-hati sama cahaya.

Kalau kurang, namanya gelap. Mungkin tidak mematikan, tetapi bisa jadi sedikit menyulitkan.

Hati-hati sama cahaya.
Kalau lebih, namanya terang. Silau kadang. Dan, banyak orang nggak sadar, kalau ini bisa bikin sakit mata. Alih-alih malah sakit hati.

Jangan.
Nggak usah gitu-gitu amat liat cahaya di luar sana. Secukupnya saja sebagai penunjuk jalan untuk melanjutkan perjalanan.

Jangan.
Nggak usah banyak-banyak. Apalagi sampai membanding-bandingkan. Nggak perlu. Cukup dengan yang ada saja. Setiap orang kan, beda. Jadi, nikmati bagian kita saja.

Jangan silau dengan apa yang ada di luar sana. Cahaya terlalu banyak belum tentu baik untuk kesehatan jiwa dan ragamu. Cukupkan sesuai apa yang kita butuhkan, dan gunakan sebaik mungkin. Itu saja. (:

Rabu, 22 Agustus 2018

Betapa Tidak Mudahnya

Betapa tidak mudahnya menjadi orang baik, yang ketika berusaha menyampaikan maksud dengan baikpun, terkadang masih ada yang menilai tidak baik.

Betapa tidak mudahnya menjadi orang baik, yang ketika melakukan kebaikanpun, masih ada orang yang menganggapnya hanya kepura-puraan yang disengaja.

Memang tidak mudah, mengabaikan persepsi manusia. Tetapi niat yang lurus, semoga menjadi timbangan tersendiri, bagi orang baik yang beramal baik.

Jangan takut menjadi orang baik.
Jangan ragu untuk berbuat baik.
Karena Allah tidak pernah menilai amal seorang hamba dari tanggapan orang lain, melainkan dari niat awalnya.

Lillaah.
Walaupun lelah, insyaaAllah berkah.

Tidak mudah.
Belajar ikhlas, supaya hidup lebih mudah.

Yes, it's a big note for myself.
Cheers! Cause everything's gonna be allright! 😉

Jakarta, 22 Agustus 2018

Ketika tetiba kepikiran (lagi) tentang hoax dan niat sharing informasi, heu. Anyway, Eid Mubarak! Semoga menjadi hamba dan pribadi yg lebih baik lagi! ❤

Idul Adha

IDUL ADHA

🐏🐑🐂🐫

Belajar untuk meneladani keimanan Nabi Ibrahim dan keikhlasan Nabi Ismail terhadap ketentuan Allah.

Bahwa apa yang kita lakukan adalah semata untuk mendapatkan ridho Allah, dan apa yang nampak menjadi kepunyaan kita adalah hanya titipan yang kelak akan diminta pertanggungjawaban.

Semoga kita bisa belajar untuk 'mengurbankan' hawa nafsu kita, untuk meraih puncak keimanan dan ketaqwaan. Heu, aamiin.

Eid Mubarak everyone! ☺

*fyi, selain di Indonesia, mostly Idul Adha atau Hari Raya Besar ini justru lebih meriah lhoo dibanding Idul Fitri 😁
**can't wait to see mam and dad :")

#HappyEid #IdulAdha #ntms

Rabu, 15 Agustus 2018

Perspektif

Salah satu materi dari pelajaran Seni Budaya zaman SMP dan SMA adalah tentang Gambar Perspektif. Ada yang ingat?

Ialah ketika kita menggambar objek dari suatu titik pandang tertentu. Kalau digambar di atas kertas, titiknya bisa diambil dimana saja sih; kadang di tengah di pojok kiri, atau dimana saja. Suka-suka yang gambar. Gambarnya biasanya pake penggaris, karena gambar perspektif nih harus menggambar objek dengan menarik garis dari titik acuan.

*btw ini pelajarin seni yg cukup favorit bagi sy krn gambarnya pake penggaris jd lbh 'mudah' gak perlu mikir² amat wk

Hasilnya? Objek yang sama, tetapi dengan titik acuan berbeda, ya gambaran akhirnya akan berbeda.

Lho, tapi kan gambar awalnya sama? Yha. Tapi kan sudut pandangnya berbeda.

Sama seperti respon manusia ketika ada suatu kejadian. Pasti beda-beda, kan?

Ya, karena mereka melihat dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan dari sudut yang sama pun, bisa jadi masih berbeda dalam menanggapi karena memang latar belakang pengetahuan yang berbeda.

Intinya,
Saling memahami.
No judgement.
Jangan lupa klarifikasi.

Karena hidup ini adalah seni untuk saling mengerti ~

Jakarta,
15 Agustus 2018

#iyainajalahyha

Jumat, 27 Juli 2018

Mencari Alasan

Ternyata, mencari-cari alasan itu, tidak selalu buruk. Tidak selalu berkonotasi negatif, seperti yang selama ini kupikirkan.

Misalnya, ketika kita mencari-cari alasan untuk tidak marah, mencari-cari alasan untuk tidak berprasangka, mencari-cari alasan untuk tidak malas dan seolah lupa. Ternyata, sangat tidak mudah, bukan? Dan, tentu saja tidak berkonotasi negatif.

Kata seorang kawan hari ini, "Tunggu, jangan buru-buru menyimpulkan. Kita harus mencari 70 alasan agar tidak berprasangka buruk."

Ah, benar juga rupanya.
Betapa awal dari berbagai bentuk kedzoliman salah satunya adalah ketidakkuasaan kita untuk mencari-cari alasan. Untuk tidak cepat-cepat marah, untuk tidak cepat-cepat suudzon, untuk tidak cepat-cepat menghakimi seseorang atau suatu hal.

Benar juga.
Kalau perlu, bukan 70, tapi seribu. Atau sejuta? Ah, baiknya memang tidak terbatas.

Bukankah kelapangan hati kita seharusnya seluas samudera? Agar menjadikan diri jauh dari berbagai keburukan, yang justru pada puncaknya akan mencelakakan diri sendiri.

Baiklah, hari ini belajar satu hal lagi. Tak selamanya yang terlihat buruk itu tidak baik. Ya "mencari alasan" ini misalnya. Tinggal bagaimana kita melihat dengan kacamata apa. Itu saja.

Jumat, 20 Juli 2018

Kehilangan

Kenapa manusia baru merasa sesuatu itu berharga ketika kehilangan?

Mungkin, karena selama ini ia tidak peka. Menganggap apa yang dia dapatkan adalah sesuatu hal yang "wajar". Padahal, tentu ia tidak akan mendapatkannya jika Allah tak memberikannya.

Mungkin juga, karena selama ini ia kurang bersyukur. Selalu merasa kurang dengan apa yang dimiliki. Padahal, tidak semua orang mendapatkan kesempatan itu. Hingga, ia baru menyadari bahwa sesuatu itu berharga ketika harus melepaskannya.

Atau, selama ini kehidupan tak dijalaninya dengan ikhlas dan sungguh-sungguh. Seakan hidup hanyalah sebuah "rutinitas" yang tidak berarti. Padahal, dalam menjalani hari-hari seorang mukmin tentu harus bersungguh-sungguh. Meniatkan diri dan segala yang terjadi untuk Allah. Maka, tidak akan ada yang sia-sia dalam hidupnya.

Begitulah tabiat manusia.
Sering tersadar, sering juga terlupa.
Semoga, lebih banyak ingatnya.
Semoga, akhirnya adalah puncak keimanannya.

Jumat.
Jangan lupa Al Kahfi, ya! (:

Minggu, 15 Juli 2018

Sibling(s)

Someone who knows you well, sometimes more than your ownself. Someone who gives you much attention, but dont want you to know. Someone who treats you, although its the last coin. Someone who randomly getting mad to you, but contains love inside. 🍁

Kata orang, kita kembar. Saking miripnya, cuma beda dua tahun. Dari prinsip dan kesukaan juga nggak beda jauh, tapi bukan karakter, haha. Kalau nggak dibilang kembar, kadang orang bilang kamu kakaknya. Sepertinya karena kedewasaanmu, dan kebocahanku, haha. But yes, sometimes aku merasa lebih bocah darimu, heu.

Dek, I'm not the best sister, but I tried to be, and I will always be. Pesen Ayah sama Ibuk sebelum pergi, katanya, "nitip adek." I hope I can do it well..

Kata ayah lagi, "mbak yang dewasa, ya,". I know sometimes I am more childish than you. I hope I can play this role better.

Meski dunia masa kecil kita penuh "ketidakharmonisan", yang sering kuungkit2 karena aku lebih sering kalah haha, but I will always be thankful cause Allah gives me you. Yes, you.

Maybe this world is not as small as your hand which you can control. But you have Allah which is "Bigger" than everything you can imagine. All the things in this life is not ours, but we can ask Him to make it easier. Calm, life is only life. We "only" have a task to be better one, not a perfect one. Keep going, girl! 💅

Keep shining my little-with-the-big-heart star 💫

Sorry for being annoying and 'gengsian' Mbak. Maybe I will always be like that, but it will never decrease my love and pray to you 💕

Gumarang, 15 July 2018
Unperfect sister.

Senin, 02 Juli 2018

Idol

Pernah dak sih, kita secara sengaja atau tidak, tiba-tiba mengikuti suatu tren, atau gaya bicara, atau pembawaan, atau hal lain yang mengikuti suatu tokoh?

Kalau iya, berarti secara tidak langsung, kita sudah terpapar 'virus' tokoh tsb. Entah secara pengakuan kita mengidolakan atau tidak, tapi alam bawah sadar kita sudah otomatis mengikuti jalur hidupnya.

Sayangnya, di zaman sekarang ini, emang nggak mudah cari contoh yang baik.. Tapi, ada. Dan akan selalu ada kalau kita mau mencari.

Jangan sampai kita terlena dengan "tren-tren" unfaedah atau malah berdampak negatif. Naudzubillah. Udah mah nggak dapet manfaat, malah merugikan. Hiii sereeem~

Kadang, serem sendiri liat zaman sekarang. Cem mana besok zaman anak-anak kita, kan? Betapa tidak mudahnya. Tapi sekali lagi, bisa. Kalau kita tau caranya.

Naah, itu. Kek mana lagi caranya? Itu yang harus dicari tahu.

Harus mau terus-terusan belajar. Dari sumber yang benar. Harus mau terus-terusan memperbaiki diri kita, juga dari sosok-sosok yang mencerahkan. Dalam hal ini, penting sekali mencari sosok "idol" yang benar. Rasulullah misalnya?

Emang nggak mudah, dan nggak akan mudah. Tapi, bisa. Kalau kita mau belajar.

Life is never ending learning, tho?

Sabtu, 30 Juni 2018

Hati-Hati dengan Hati

Betapa tidak mudahnya urusan seonggok daging ini, jika kita tak memasrahkannya pada Yang Membolak-balikkan Hati.

Urusan hati, salah sedikit, akan jadi kacau.

Perasaan-perasaan yang muncul dari hati, memang terkadang tidak bisa kita kuasai. Hanya, perilaku setelahnya yang patut bagi kita untuk berhati-hati.

Apakah benar semua yang kita lakukan berlandsakan taqwa?
Apakah benar semua yang kita lakukan berlandaskan iman?
Apakah benar semua yang kita lakukan hanya karena Allah?

Hanya hati kita yang tahu.
Seonggok daging yang mudah sekali berpaling, jika tak kita tautkan pada Allah.
Seonggok daging yang mudah sekali berprasangka, jika tak kita titipkan pada Sang Penjaga.

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ

"Yaa muqollibal quluub, tsabbit qolbii 'alaa diinik"

Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.

(HR. Tirmidzi no. 3522)

Senin, 25 Juni 2018

Allah itu Dekat

Pernah nggak, merasa, bahwa semesta terasa memusuhi kita?

Pernah nggak, merasa, bahwa apa-apa yang kita lakukan salah di mata semua?

Pernah nggak, merasa, bahwa diri ini rasanya tiada guna? Hidup pun seperti percuma?

-----

Rasa-rasanya,
Allah lagi kangen...

Cuman,
Kitanya aja yang selama ini nggak peka, terlalu sibuk dengan urusan dunia.

-----

Allah SWT berfirman:

وَاِذَا  سَاَلَـكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ  اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran." (QS 2:186)

-----

"Fa inni qariib, maka sesungguhnya Aku dekat.."

Namun sayangnya hambaMu ini ya Allah, yang tak pernah mau mendekat..

"Ujiibu da'wataddaa'i, Kukabulkan permohonan orang yang berdoa.."

Namun sungguh sayangnya hambaMu ini ya Allah, yang selalu enggan meminta..

-----

Jangan bosan-bosan untuk selalu mendekat. Karena Allah suka ❤ lalu apa yang kita cari di dunia ini selain ridhoNya, kan?

#ntms

Sabtu, 19 Mei 2018

CONNECTION

Kata Syekh Yusuf Estes, bahasa Inggrisnya "sholat" itu bukan 'pray'

Lalu, jamaah pada bingung, termasuk aku. Bukankah, selama belasan tahun kita belajar bahasa Inggris dan ketika kita mau sholat bilangnya "I wanna pray" ?

Sambil ku berpikir keras, kemudian beliau bilang, kalo 'pray' itu lebih ke berdoa, du'a, yang bisa kita lakukan anytime, anywhere.

Sedangkan, sholat itu, beda...
Kata beliau, SHOLAT itu C O N N E C T I O N.

Sholat itu,

Connection to Allah, yang nggak semua orang bisa merasakan nikmatnya.

Connection to Allah, yang membutuhkan kondisi spesial untuk merasakan kekhusyukannya.

Lalu, sampai manakah "connection" kita sama Allah?

Mumpung Ramadhan, dimana pahala amal dilipatgandakan, mari  makin dekat-dekat, supaya sinyalnya makin kuat :") #ntms

Anyway, almost five years ago ya guys 🙈

Senin, 14 Mei 2018

Berawal dari Kipas Angin

Setelah sekitar 4 bulan bertahan tanpa kipas di ibukota yang nggak dingin ini, heu, akhirnya...

Bukan karena nggak mau beli sih, tapi emang nggak bisa pake kipas angin, or we call it 'masuk angin' dkk. Yang pernah tinggal bareng pasti tau, saya orangnya anti banget kipasan, atau yaa paling kepaksanya kipas dihadapkan ke arah lain.

Tapii, entah mengapa beberapa waktu terakhir panasnya Jakarta luar biasa sampe bikin baju literally basah, ditambah nyamuk yg bikin bentol-bentol, akhirnya diputuskanlah untuk membeli, K I P A S A N G I N .

Sesepele itu sebenernya..
Cumaan, kadang dalam hidup kita suka 'terlalu' kekeuh sama diri sendiri, dan nggak mau mencoba mengerti keadaan. Padahal udah tau sebenernya diri kita butuh, tapi tetep aja merasa sok kuat dengan apa yang ada.

Sama kaya iman.
Kita tuuh sebenernya tau kekuatan kita cuman 'segitu'. Kita juga tau di luar sana ada banyak sarana yang bisa mendukung dan memudahkan urusan kita. Sayangnya, kita terlalu asik di zona nyaman. Jadinya, yaa gitu-gitu aja deh hidup kita, susah naik kelas heuheu~

Pokoknya, kalau mau berubah ke arah yang lebih baik mah, harus mau keluar dari zona nyaman. Buat dapet sesuatu yg "worth it" itu, nggak akan bisa kalo usaha kita juga nggak "worth it" kan?

Eh, kok panjang? 😂😂😂

Dan tulisan ini sesungguhnya adalah pengingat bagi diri sendiri heuheu #ntms

Minggu, 29 April 2018

Teman Perjalanan

"Sepertinya, aku butuh teman perjalanan."

"Untuk apa?"

"Berbagi cerita perjalanan, barangkali"

"Bukankah kamu bisa bercerita pada siapa saja?"

"Iya, tapi, tidak bisa semua cerita.."

"Jadi?"

"..."

Senin, 19 Maret 2018

Silhouette

SIL•HOU•ETTE :// (N) 

The dark shape and outline of someone or something visible against a lighter background, especially in dim light.

-

Anyway, kamu tau nggak kenapa 'siluet' itu mostly terlihat sangat bagus, eye-catching, lagi instragam-able?

Kenapa?

Karena siluet itu diambilnya dari samping, yang sebagian.

Hah? Maksudnya?

Iyaaa, siluet kan, hanya memperlihatkan sebagian dari objek, bukan keseluruhan.

Lalu?

Itu, sama seperti ketika kita melihat orang lain, atau orang lain melihat kita. Hanya sebagian. Enggak pernah utuh. Hanya orang-orang tertentu, semisal keluarga, yang tahu benar-benar tentang kita. Atau bahkan, merekapun enggak tahu. Hanya Allah yang tahu. Bahkan, bisa jadi lagi, diri kita sendiri, belum tentu memahami jati diri yang sesungguhnya.. Jadi, ya gitu. Kadang, prasangka orang hanyalah sebatas persepsi yang tidak terbukti. Karena, mereka cuma tau sebagian aja dari diri kita.

Hmm begitu rupanya. Lantas?

Benarnya sih, yaa kita enggak perlu lah menceritakan diri kita ke orang lain, apalagi sampai membagus-baguskan diri di depan orang lain. Sama sekali enggak perlu. Karena,

Karena yang menyukai kita nggak membutuhkan itu, dan yang nggak menyukai kita nggak akan percaya itu, kan?

Yak, benar sekali, layaknya quotes dari Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Sebentar, terus, kita kudu gimana?

Lakukan yang memang kita sadar ingin dan butuh kita lakukan. Bukan karena orang lain. Tapi karena Allah. Karena nilai dan prinsip yang kita pegang kuat-kuat.

Sanggup?

Mungkin kalau sendiri enggak, tapi kalau barengan, semoga lebih bisa deh~

-

Okey, percakapan yang agak absurd. No father-father. Yang penting kita sama-sama paham, kalau hidup bukan cuma ngalir, apalagi cuma demi orang lain. Ada masa depan lebih besar yang sedang kita perjuangkan. Let's hit the book! 😎


#ntms

Selasa, 06 Maret 2018

Mars BMKG

Kami BMKG, handal dan terpercaya
'Tuk mendukung keselamatan masyarakat kita
Pengamatan yang tepat, data-data akurat
'Tuk membangun Indonesia yang aman dan nyaman

Meteorologi, Klimatologi, Geofisika, dan Kualitas Udara
BMKG handal, BMKG tanggap
Demi Indonesia

Kami pun berjanji, bersatu 'tuk mengabdi
Bagi negara dan dunia, setulus jiwa
Itulah semangat kami, dalam kata dan aksi
T'lah tertanam dalam hati, semangat yang tinggi

Meteorologi, Klimatologi, Geofisika, dan Kualitas Udara
BMKG handal, BMKG tanggap
Demi Indonesia

Meteorologi, Klimatologi, Geofisika, dan Kualitas Udara
BMKG handal, BMKG tanggap
Demi Indonesia

Demi Indonesia


.
.
.

Audio dan cerita lainnya menyusul 😁

Senin, 05 Maret 2018

Katanya Siap

Katanya, yang mengukur siap atau tidak itu, sebenarnya bukan diri kita sendiri, tetapi orang lain. Bahkan, bukan juga keduanya, melainkan Allah.

Ada, yang merasa siap, tapi tak berhenti meratap ketika yang ditunggu tak kunjung tiba. Ternyata, Allah rasa, dia belum cukup siap.

Ada, yang merasa belum siap, tapi tetiba ada yang datang menjemputnya dari persembunyian. Ternyata, Allah rasa, dia sudah pantas dikategorikan siap.

Lalu, apa parameternya?

Katanya, ia akan tiba ketika seseorang berada pada puncak ketaqwaan. Ketika tak ada lagi yang menjadi puncak harapan selain Allah, tak ada tujuan selain Allah, tak ada penghambaan selain kepada Allah.

Bukankah, yang lebih pasti adalah menemuiNya?

Semoga dalam keadaan terbaik, di puncak keimanan dan ketaqwaan.

Jumat, 23 Februari 2018

Anak Malang

Hari mulai gelap
Cahaya lampu satu per satu mulai menerangi sudut-sudut kota yang riuh
Hiruk-pikuk manusia yang membuat ruang semakin penuh
Hilir mudik mencari sesuatu pengganti peluh

Di sudut lain yang lebih jauh
Seorang anak kecil baru saja beranjak dari hutan yang teduh
Kaki kecilnya melangkah dengan cepat, beradu dengan langit yang berawan jenuh
Ia cepatkan lagi langkahnya, agar seikat kayu di panggulnya tak basah oleh runtuhan air yang tak sabar terjun dari langit

Sesampainya di gubuk kecil beratap jerami, segera ia susun kayu demi kayu yang telah ia kumpulkan di tepi hutan tadi
Tinggal satu masakan lagi, batinnya
Berasnya habis
Tak ada pula makanan yang lain
Biarlah, yang pasti, mamak dan ketiga adiknya malam ini bisa tidur nyenyak
Besok, biar ia cari ubi jalar di hutan
Syukur jika ia mendapatkan ikan di danau tengah hutan
Atau, barangkali membantu pak haji mengangkut pasir saja?

Ah,
Dia memang anak yang kuat
Setiap hari tak pernah lelah bekerja demi menghidupi mamak dan adik-adiknya
Sejak hulu subuh, terbit-tenggelam fajar dan mentari, hingga rembulan yang menggantikannya lagi
Semoga, nasib baik segera menghampirinya
Anak malang di ujung pedalaman

Rabu, 21 Februari 2018

Berkelana di Ibukota

Haaai akhirnya aku sampai kosan meski lewat maghrib wkwk. Sebenernya mau nulis yang lain tapi gapapa lah ini terlalu seru untuk dilewatkan 😂

Jadi ceritanyaaa, selasa kemarin motorku datang dari Jogja. Sebenarnya udah dari hari jumat, tapi karena ku harus pergi ke Serang dlsb, jadi baru diambil di sekitar Senen hari selasa pulang kerja. Pertama kali ketemu si "Abang", kageeet hahaha. Kotor banget lah dia parah, blethokan gitu. Itu sekitar jam 5an waktu ibukota, tau lah yaaa macet2nya kek mana wkwk. Bermodalkan gmaps, akhirnya ku pulang dengan selamat hehe alhamdulillah jalannya familiar dan ga ribet karena kayanya siih pernah lewat.. Daan langsung sore itu juga ku cuci bersih biar dia sehat dan siap mengarungi kerasnya (?) ibukota ~

Beberapa hari bawa motor ke kantor. Kesannya? Enak siih wkwk karena lebih murah. Banget. Which is biasanya ngegojek kalo pake gopay dan harga normal (bukan peak hour) kena 12ribu PP, pernah lebih. Sedangkan bensin full sekitar 25ribu bisa dipake lamaaa, seminggu lebih sih kayanya karena jarak kantor-kosan sekitar 3km lebih dikit. Selain itu lebih fleksibel juga kalo mau mampir entah beli makan atau yang lain. Cuma ya beda yaaa, tinggal duduk di ojek sm bawa motor sendiri. Tapi karena udah biasa juga di Jogja dulu jadi pembalap jadi malah lebih suka bawa motor sendiri wkwk. Cumaaan, ada satu hal sih yang sedih hahaha, stasiun deket sini ga ada parkiran jadi tetep harus gojek, dan harganya naik, biasa 8ribu kemarin 11ribu :((

Rasanya motoran di Jakarta?
Seru siiih hahaha melatih kesabaran bener dah 😂 karena sebenarnya macet bukan cuma di Jakarta sih yaa, dan alhamdulillah di daerah antara kos-kantor macetnya ga banyak, bahkan ga ngelewatin lampu merah sama sekali. Enaaakk alhamdulillah hihi. Cuma ya selain kitanya yang harus sabar, banyakin dzikir juga hehe, terus juga harus sigap dan ga boleh ragu. Karena selain bakal lama sampe, kita juga bakal diklaksonin teruuuss ama yang belakang hahaha. Bahkan nih ya, kita udah bener aja tetep di klakson, saking mereka pengen cepet -___- padahal mah ya, kalau mau sesuai aturan, harusnya bisa lebih tertib dan enak buat semua pengguna jalan, dan ga ngerugiin siapa2. Jadi ingat betapa kzl nya diriku di ringroad pas di Jogja, kalau ada mobil yang jalan di jalur lambat, tapi bikin dua lajur, which is sebenernya cuma muat satu mobil dan satu motor. Allahuakbar, rasanya kalo boleh pengen aku tabrak aja biar baret hahahaha jahat kali gue astaghfirullah :( tapi yaaa gimana yaaa, buat motor aja ngepas lhooo, malah dipaksa buat dua mobil. Njuk motornya suruh lewat atas mobil gitu ta? :(

Malah bahas di Jogja wkwk. Skip.

Oiyaaa selain yang tadi-tadi, yang penting juga dalam berkendara adalah, istiqomah wkwk. Elah , berkendara aja butuh istiqomah yeee 😅 Etapi bener lhoo, maksudnya tep istiqomah dalam menaati aturan. Semacam peraturan standar berkendara kek helm, lampu, surat dlsb, juga termasuk jalannya motor sebelah mana (ga masuk jalan busway -.-), lampu merah, dkk. Syusyah euy ternyata. Yaaa emang namanya istiqomah mah daridulu juga ga gampang yaaa :( tapi perlu dilatih euy. Semangat, Put! Kudu kuaaat.

Jadi, ceritanya, (calon) mamak-mamak satu ini, lagi galau abeeezzz gegara, belum nemu tempat belanja yang tepat gituh -,- Tepat means, murah hahahaha, dan lengkaap.. Karenaaa, entahlah orang2 ini suka kali belanja di mart-mart-an yang muahaaallll eeee gak ketulungan itu astaghfirullah T.T kalo dulu di Jogja mah (Jogja lagi Jogja lagi) buanyaakk yang murah hehe dan itupun masih sering kubanding2kan harganya, karena mereka deket juga kan, jadi hayuk aja cari yg diskon dlsb 🙈 500 yang berulang sangat berarti euy, apalagi anak kosan kan yaaa wkwk #mamakmamaklyfe

Singkat cerita ada keperluan mendesak yang harus segera dibeli gitu, dan udah sempet nanya ke beberapa orang dimanakah wakamsi (warga kampung sini) biasa berbelanja hehe. Awalnya mau ke Omi (koperasi kantor) aja dulu, seadanya, tapi karena tadi ada acara sampe agak sore gitu, Omi dah tutup. Dan pas udah belok keluar kantor langsung menyadari, eh sekarang ajadeh perginya, mumpung masih terang, dan sekalian aja gitu. Lalu ku searching lah di gmaps..

Nama tempatnya "Days" (alias Hari-Hari) di bahasa Indo-in wkwk (biar ga sebut merk, tapi naon bgt sih yak haha). Setelah melewati keganasan jalanan ibukota yang subhanallah banget yak jam lima sore, ditambah gatau jalan dan mengandalkan gmaps wkwk, ditambah pula letaknya yang unpredictable di dalam mall yang udah agak sepuh (?) dan menurutku agak ngeri sih sendiri (biasanya ga punya takut padahal hahaha cm ngerinya tuh lebih ke kriminal siih, bukan yg kek gitu..tau kan?).

Sampai dalam semacam jumbo mart nya, eeh bener ajaaa, harganya jauuuh bangeet sama yang di mart-mart-an deket kosan huhu. Langsuuung deh ngecek list barang2 yang dibutuhkan dan berkeliling. Alhamdulillaah mayaaan bangets, kusenang bisa menghemat puluhan ribu kali yaa kalo belanja segitu di sono :" tapi tetep ada yang belum kebeli siiih karena selain belum butuh banget, masih bisa diskip atau substitusi dengan barang lain, juga karena budget terbatas wkwk. Dan karena hari beranjak malam, mari kita segera pulang~

Jalanan ibukota setelah maghrib sekitar 18.30 kek mana? Hmm yhaaa gitu lah. Like, klakson everywhere, dude.! 😆 alhamdulillah mental map cukup aman lah yaa, jadi liat gmapsnya cuma sekali aja pas pulang. Yhaa udah cocok lah daftar driver ojol .-. Sebenernya masalahnya itu-itu aja sih, kesabaran menahan ego, karena lampu merah aja diterabas kan, apalagi yang ga ada traffic lightnya. Kebayang kan, kek mana orang2 rebutan biar dapat jalan duluan? Saya mah ngikut alur aja, karena kalo enggak, siap2 aja di klakson terus dr belakang haha.. Macet dikit juga di jalan arah Sunter-Kemayoran, biassaaa siih, setelah jalan besar tetiba jadi cuma satu lajur, jadi yhaa gitu, rebutan lagi wkwk.

Intinya mah, selama masih bisa jalan, jalan we lah. Asal ada tujuannya *yaiyalah. Dan yang jelas kudu bersabar polll. Ku jadi ingat di Jogja hampir selalu kzl sama mobil plat B karena mostly ngawur #eh hahaha, walau ada juga siih yang enggak. Eeh ternyata sekarang malah jadi orang sini (?) wkwk. Takdir Allah emang nggak ada yang tau yaa :"") malah kemana hahaha. Intinya sabar dan perbanyak dzikir di jalan, daripada di pake yang lain kan?

"Karena hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang."

Sekian tjoerhad kali ini. Seeya.

Ditulis, 12 Februari 2018
Selesai diedit seminggu lebih kemudian, wk.

Rabu, 14 Februari 2018

Dekat-dekat Saja

Kemarinnya kemarin, temanku cerita. Katanya, hidup dia berubah..

Dulunya dulu, dia menjalani hidup seperti biasa. Normal layaknya manusia lainnya. Kadang tersadar, kadang juga terlupa. Biasa, namanya juga manusia kan ya~

Tapi. Ada suatu waktu ketika ia menyadari hal penting dalam hidupnya. Pencarian makna yang mungkin sampai puncaknya? Entahlah. Tapi dia merasa lebih baik dari sebelumnya. Seperti hidup di dalam hidup. Seakan melenggang dengan mudah di dalam setiap episode kehidupan.

Quran, katanya, yang membuat hidupnya berubah. Dia bukan, atau belumlah seorang penghafal. Tapi dia berusaha untuk menjaga yang sudah Allah karuniakan padanya. Rezeki untuk memahami cara membaca dan (mungkin) mentadabburinya. Dan, ia gunakan untuk terus mendekat padaNya dengan cara selalu dekat-dekat dengan Quran.

Dan, terbukti. Rasa-rasanya semua urusan menjadi mudah saja. Belum sampai berjuz-juz, 'cukup' satu saja, tapi, rutin. Iya, rutin. Katanya, itu kunci. Istiqomah memang berat, bukan? Tapi, istiqomah dalam dekat-dekat dengan Quran itu, banyak untungnya, banyak berkahnya. Perniagaan dengan Allah, termasuk dalam khidmat Quran, memang tidak pernah rugi, kan?

Kemarin, dia datang lagi. Katanya, hidupnya kembali banyak diuji. Sembari, dia bercerita bahwa kedekatannya dengan Quran memang tak seperti waktu sebelumnya. Banyak hal yang membuat dia jadi menjaga jarak. Eh, atau dibuat-buat saja?

Entahlah. Yang jelas, keberkahan ketika dekat-dekat dengan Quran itu nyata. Jadi, kami bersepakat untuk tak saling melupa, saling memgingatkan dengan saudaranya agar tak jauh-jauh. Disini saja. Bersama-sama. Agar, juga bisa ke surgaNya tanpa terpisah.

Ibukota,
14 Februari 2018

Andika Putri Firdausy

Jumat, 09 Februari 2018

Titik Marginal

Salah satu teori dari pelajaran pelajaran ekonomi jaman SMA yang paling saya ingat adalah tentang "Titik Marginal".

Intinya dalam teori itu seingat saya adalah; ada titik ketika kepuasan manusia mencapai puncaknya. Alias terbatas.

Misalnya, kita lagi haus banget-banget. Terus, ada yang menawarkan kita es kelapa muda yang teramat sangat segar sekali. Minumlah kita tanpa pikir.

Satu gelas, rasanya tidak bisa dideskripsikan saking enak dan segarnya. Dua gelas, juga masih terasa segar dan masih kurang. Tiga gelas, cukup melegakan. Empat gelas, perut kita sudah kenyang dan tidak ingin minum lagi. Jika diteruskan lima gelas, bahkan mungkin air itu akan kita keluarkan lagi.

Begitulah. Titik marginal ada pada gelas keempat, ketika kita sudah "puas" dan tidak ingin lagi menambah porsi. Dan kita baru sadar bahwa yang tadi-tadi itu, sesungguhnya hanyalah nafsu belaka...

Begitulah manusia.
Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini, ingin itu, banyak sekaliii~

Keinginan kita mungkin tak berujung, lalu bisakah kita implementasikan pada rasa syukur?
Impian kita mungkin tak berbatas, lalu bisakah kita implementasikan pada stok sabar?

Sesungguhnya rahmatNya pula tak terbatas. Tapi sungguh kita lebih sering alpa tak mengingatnya. Padahal jika kita mau sedikit saja lebih bersabar dan bersyukur dalam setiap keadaan, tentu semuanya akan terasa lebih membahagiakan.

Maka Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Jakarta, 9 Februari 2018

Senin, 05 Februari 2018

Tentang Memasangkan

Seneng nggak siih kalian melihat pasangan muda-mudi aktivis-progresif gitu yang meniqa? Hahaha, kalau aku bukan senang, tapi bahagiaaa, sambil doain yang baik-baik 😍

Entah mengapa, sadar atau enggak, kita seringkali memasangkan (?) mbak yang satu dengan mas yang lain, yang menurut kita "cocok" dengan segala kelebihan dan tipikal mereka, entah bidangnya atau apapun yang ada pada diri mereka. Sejak jaman sekolah dulu, atau awal kuliah lah, seringkali mendoakan diam-diam (?) "pasangan" mbak-mas yang kita anggap cocok. Sama-sama pintar, aktif, kontributif, keren, de el el pokoknya mah berharap mereka (dan kita adalah regenerasinya) adalah sosok harapan Bangsa ini yang akan menjadi bagian dari perunahan Indonesia yang lebih baik. Hahaha rada lebay, ya?

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, ternyata dunia nggak sesempit itu. Atau malah sesempit itu? Wkwk. Boleh jadi, mbak-mas yang kita pasangkan tadi "kebetulan" cocok. Atau, bisa jadi, mbak-mas tadi ternyata nggak cocok. Mereka hanya kita cocok-cocokan saja. Mereka, ternyata, memiliki pasangan mereka masing-masing yang "tidak kalah cocok" dengan yang selama ini coba kita pasang-pasangkan.

Hahaha, lucu ya? Memangnya kita ini siapa berani memasang-masangkan yang orangnya sendiri aja belum tentu melakukan hal yang sama. Tapi, kenyataannya, apapun yang terjadi pada mereka, siapapun yang bersama mereka sekarang (atau kelak), tentu mereka bahagia, bukan? Mereka menemukan partner-berjuang-selamanya dengan caranya masing-masing, dengan cara yang baik.

Jadi, berhentilah wahai kalian-kalian (dan aku hahaha) sang ahli nujum (?) yang hobi memasangkan manusia. Bukankah Allah sudah menjamin (54:21) bahwa setiap makhlukNya macam kita ini memang diciptakan berpasang-pasangan? Termasuk mbak-mbak dan mas-mas itu.

Berhentilah, sebelum mereka terpengaruh oleh candaan kalian, walaupun prinsip teguh mereka bisa jadi tak goyah hanya untuk meladeni candaanmu. Tapi, bukankah sebaik-baik penghantar perasaan adalah doa? Doakanlah.

Doakanlah mereka-mereka yang belum Allah pertemukan dengan jodohnya itu, supaya saling menemukan di waktu yang tepat. Ketika, sudah sama-sama siap mengarungi bahtera yang sesungguhnya. Sekarang, kita dulu yang perlu bercermin; memang, sudah apa kita dibandingkan ke-keren-an mereka-mereka? Baiknya kita perbaiki diri dulu saja dengan benar~

(masih di) Yogyakarta,
18 Januari 2018 02:38

Andika Putri Firdausy

#latepost wkwk baru inget sewaktu kemarin berdiskusi tentang suatu hal wkwk. Yhaaa intinya mah gitu. Jodoh adalah keputusan Allah. Kita boleh minta cem-macem, tapi hasil akhir tetap: hak prerogatif Allah. Soo, sebagai hamba yang baik, yang penting tujuan kita lurus, yang lain bakal ngikut aja~ 😉

Jakarta, lagi di ruang rapat yang kita kuasai  (08:06)

Minggu, 04 Februari 2018

Ruang Penyimpanan

Ada banyak hal yang terjadi di dunia ini. Kemarin, hari ini, dan esok. Tetapi, kita tidak akan pernah bisa menyimpan semuanya sendiri. Ada ruang-ruang yang kemudian hari menjadi sesak akan hal-hal yang telah terlalu lama terlewat. Ada bagian-bagian diri yang menjadi terlalu lemah apabila berlama-lama berkutat dengan yang seharusnya terlupa. Dan ada keping-keping hati yang harus diselamatkan dari kenangan-kenangan yang harusnya dilupakan.

Ada banyak hal yang telah kita lakukan, orang-orang yang pernah kita temui, dan pekerjaan yang kita selesaikan. Tetapi, tidak semuanya harus disimpan baik-baik selamanya. Manusia bukanlah komputer yang meski memiliki kapasitas terbatas, tapi tetap memiliki simpanan tak terbatas di ruang-ruang yang lain, harddisk misalnya.

Tapi, bukankah kita tidak mau seperti itu? Manusia, bagaimanapun jua, memiliki kapasitas terbatas yang harus dikelola dengan baik. Biarkanlah diri kita menjadi utuh dan tetap utuh tanpa menyimpan ruang di tempat yang lain. Karena semua itu hanyalah tentang kita, bukan? Tidak ada hubungannya dengan orang lain.

Maka demi itu, kita lagi-lagi harus memperbaiki ruang penyimpanan kita. Membaginya dengan mana yang urgent, prioritas, rutinitas, atau hal-hal sekunder-tersier yang layak dikemudiankan. Kita harus pandai-pandai membagi ruang, menyekat antar ruang, pun juga mengisinya dengan hal yang seharusnya. Seakan merapikan folder dalam ruang komputer yang berserakan. Bahkan terlalu berserakan. Atau jangan-jangan, kita perlu menginstal ulang saja semua?

Sepertinya tak perlu. Cukup berdamai dengan diri dengan menghapus yang tak berarti. Bila saatnya folder itu dibutuhkan lagi, mungkin kita bisa membuat yang semisalnya?

Kereta Lokal Merak-Rangkas,
4 Februari 2018 08:28

Andika Putri Firdausy

Kamis, 25 Januari 2018

Hari Pertama

Syukur tak terhingga untuk Ia yang tak pernah alpa memahami setiap hal dari hamba-hambaNya. Doaku sebelumnya, di atas udara, diantara perjalanan, yang -katanya dan semoga - makbul, rasa-rasanya sudah diaminkan cepat oleh malaikat. Semoga. Khusnudzon itu, perlu kan? Wajib bahkan, apalagi terhadap ketentuan Allah.

Waktu Fajar, biasanya cukup ku tarik selimut tanda enggan memenuhi panggilan istimewa yang sungguh tak semua orang bisa merasakannya. Tapi fajar tadi, bahkan sebelum fajar, semesta melalui perintahNya seakan terus mengajakku, membisikkan lembut seruan-seruan yang aku mintakan, agar diri ini bisa kembali pulang, dengan sebenar-benar pulang. Ah, lain cerita lagi ini, karena akan panjang. Tentang perjalanan menuju pulang...

Pagi ini, semua kumulai dengan bahagia. Kekhawatiran-kekhawatiran yang sebelumnya kerap kupikirkan, telah kutitipkan pada Yang Maha Menjaga. Biarlah. Aku memulai dengan niat yang baik, dan semoga dapat menjalani dengan baik, dan selesai juga dalam keadaan baik.

Paginya pagi. Seorang bapak ramah mengantarku. Oh, ada lagi, sebelumnya seakan tahu saja hari pertama, aku mendapat 'tumpangan gratis'. Pertanda baik. Dan semua akan baik-baik saja. Semoga. Dan memang harusnya begitu.

Subuh tadi hujan. Jalanan basah. Suasana kota yang biasa penuh hiruk-pikuk pun lengang. Aku menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Ah, lega sekali. Rasanya, ingin seperti ini setiap hari.
Tapi aku tahu, ini baru awal. Dan akan banyak hal menanti di depan. Mari siapkan dengan sebaik persiapan. Agar bisa berpulang dengan sebaik keadaan.

Terima kasih, Allah.
Terima kasih Ibuk dan Ayah dan Adik.
Terima kasih, semuanya.
Doakan aku.

Jakarta,
25 Januari 2018 07:40
A new place (and stories, and memories, and contributions, and many more) to be fought

Andika Putri Firdausy

Rabu, 24 Januari 2018

Senin, 22 Januari 2018

Akumulasi

Beberapa hari ini, entah mengapa banyak orang senang sekali mengiris bawang dekat-dekat denganku. Meski aku berkacamata, tak ada jaminan akan bebas dari semerbak bawang. Jadi, jangan salahkan jika kelenjar air mataku bekerja lebih keras dari biasanya..

Sejak kemarin-kemarin, bahkan aku belum sempat pamit secara paripurna kepada semua (atau belum menyempatkan?). Sungguh bukan karena tak ingin pergi dengan cara yang baik, tapi apalah daya diri yang hatinya tak ingin berpamit.

Kata Dilan, "Rindu itu berat, biar aku saja."

Sayangnya, Dilan cuma bilang ke Milea, bukan ke aku. Jadinya, harus juga aku "menanggung" rindu, meski belum sehari.

Maafkan atas pesan-pesan yang belum berbalas, sungguh diri ini tak sanggup membaca semua pesan itu. Biarlah hujan yang mengiringi sepanjang perjalanan menjadi pengganti atas ucapan, doa, dan semuanyaaa selama ini, semoga Allah berkahi, semoga Allah balas dengan kebaikan yang lebih baik dan lebih banyak. Sungguh, hanya Allah sebaik-baik Pemberi Balasan.

Satu lagi, mohon maafkan. Untuk semuanya.

Entah apa lagi. Banyak. Tapi belum bisa berkata. Yang pasti, semoga iman dan doa menjadi penghubung senantiasa.

(sedang di) Bangil (dan agak pusing?),
22 Januari 2018 00:30

Andika Putri Firdausy

Kamis, 18 Januari 2018

Memupuk Kenangan

"Tidak baik menumpuk kenangan," bisikmu kala itu.

"Kenapa?" Aku, dengan wajah penasaran, tentu saja ingin tau alasanmu. Bukankah selama ini kita mencipta banyak sekali kenangan?

"Karena hati manusia tidak seluas itu, sebenarnya. Ada kalanya, kita perlu menyingkirkan yang telah usang, dan menggantinya dengan yang baru", ucapmu tanpa ragu.

"Jahat sekali..." jawabku mengambang, sambil tak mengerti apa yang ada di pikiranmu.

"Bukan begitu. Tapi manusia memang berbatas bukan? Ada saatnya, dimana kita harus melangkah maju dengan tanpa ragu. Termasuk, jika harus memilah dan memilih mana hal-hal yang akan kita bawa terus berjalan, atau terpaksa kita singkirkan di tengah jalan".

"Apapun itu?"

 "Iya, apapun. Dan siapapun"

Kau menjawab dengan mudahnya, seakan tanpa beban. Sedangkan aku, waktu itu, masih dipenuhi banyak pertanyaan. Manusia sepertiku, yang terlalu banyak memupuk kenangan, yang terlalu banyak menyimpan harapan, sepertinya terlalu sulit untuk harus mengikhlaskan semua kenang.

Tapi, hari ini aku sadar. Perkataanmu, dulu, ada benarnya juga. Bukan, maksudku, benar sekali.

Ada kalanya, aku memang harus melepaskan sesuatu yang telah lama pergi, yang selama ini kubuat-buat saja seakan masih disisi. Aku harus terus hidup, dan belajar menerima keadaan. Bahwa yang ada di belakang hanyalah pelajaran, agar ke depan, aku bisa berjalan dengan tenang, memperbaiki yang akan datang.

Terima kasih atas nasihatmu kala itu. Kini kumasukkan namamu dengan baik dalam sekotak kardus yang akan kutinggalkan. Katamu, apapun dan siapapun, kan?



*ditulis ketika lagi milih baju, pindahan meninggalkan Jogja huhu, dan menemukan baju sejak SD waktu lomba tk prov hahaha.
Dasar manusia baper. Ayo berubah!!! >.<

(masih di) Y
ogyakarta, 
17 Januari 2018 11:40


Andika Putri Firdausy

Rabu, 17 Januari 2018

Nasi Kuning dan Ilham


Pagi ini, yang biasanya kulewatkan saja dengan merapel 'brunch' (if you know what I mean wkwk), qadarullah harus pergi keluar dan akhirnya pilihan (kembali) jatuh pada warung di pertigaan itu.

Ketika membeli nasi kuning di pertigaan itu, jadi inget dulu zaman masih maba tahun pertama-kedua, sering diajak kesana sama mbak kos karena dekat, dan murah!! Sampe hafal sama anak penjualnya yang kecil yang selalu ikut jualan, dan suka kugodain karena dia imyut nurut dan aku emang suka anak kecil hahaha.

Kemudian, keadaan mengharuskanku (?) berpindah berkali-kali, kaya siput wkwk. Dan ketika suatu saat kembali, aku mencoba mengurai memori dengan membeli nasi kuning dan/atau nasi pecel di tempat yang sama. Tapi yang kucoba cari ternyata sudah tiada.

Ku mencoba bertanya, "Ilham nggak ikut bu?". Iya, nama anak kecil itu Ilham. "Nggak mbak, Ilham sekolah". Kemudian aku tertegun, tercekat, dan entah apa lagi sebutannya. "Loh, udah sekolah?", setengah ku berbicara sendiri. Dia sudah SD sekarang. Pantas saja. Waktu sudah berlalu sampai sekarangpun aku sudah sarjana. Tentu saja bukan hanya aku yang melalui proses panjang, bukan? Seorang Ilham-pun jua.

Hari ini, ketika aku kesana lagi, aku sudah tidak mencari Ilham. Aku membeli nasi pecel seperti biasa. Harganya juga baru naik seribu rupiah sejak pertama kuliah. Ditambah gorengan yang dulu lima ratus rupiah dan sekarang seribu tiga.

Ah, Jogja.
Sebentar lagi, jika aku kembali, aku sudah bukan tuan rumah lagi. Tapi tamu. Kau mau suguhkan apa besok jika aku kembali?

(masih di) Yogyakarta,

17 Januari 2018

Andika Putri Firdausy

Selasa, 16 Januari 2018

Gembira Loka dan Pinguin

Saat-saat terakhir di Jogja kaya gini, yang well, sebenarnya sudah beberapa waktu lalu direncanakan, tetapi karena belum ada kepastian pada akhirnya menjadikan diri shantay-shantay manjah (?) hahaha dan, ketika tiba saatnya, kemudian menyadari bahwa masih sangat banyak yang belum dilakukan dan dikunjungi (dieksplor). Walaupun pada dasarnya, nggak cupu-cupu amat karena di Geografi kami sering diajak main ke tempat yang keren :D (yuk masuk Geografi wkwk #malahpromosi).


Ini Peta Gembira Loka Zoo, jadi kita bisa menentukan arah tujuan mengarungi kehidupan #eh
Singkat cerita, beberapa hari terakhir digunakan semaksimal untuk selain packing, juga pamit dan mengeksplor (?) tempat di Kota Sejuta Kenangan ini, heu. Dan terencanakanlah (?) main ke Gembira Loka, sebuah tempat wisata mini taman safari alias kebun binatang yang menurut brosur yang saya peroleh sewaktu membayar tiket, Gembira Loka ini ada karena waktu itu Sultan ingin mengembangkan “Kebon Rojo” atau tempat memelihara satwa raja menjadi tempat publik, kalau tidak salah baca, ada peran Belanda juga (?) *btw brosur dan petanya dibawa Nana jadi saya gabisa merujuk lagi hehe.

Gembira Loka, yang kemudian disingkat jadi GLZ alias Gembira Loka Zoo, ini terletak di lokasi yang cukup strategis, termasuk dalam kawasan Kota Yogyakarta, tapi sangat asri lingkungannya *iyalah ya, kebun binatang hehe. Tapi emang adem sih, walaupun kalau dibandingin sama Jatim Park 2 yang Zoo juga ga sebanding, *haha iya ini mah ga apple to apple siiih wkwk, tapi well recommend juga buat yang ke Batu dan sekitarnya #malah.
Foto ala-ala yang ngantrinya lama bbgit :D
GLZ tepatnya terletak di Desa Rejowinangun, Kotagede, Kota Yogyakarta. Dari jalan utama Jogja-Solo, ada jalan layang namanya daerah Janti, pengunjung silakan mengambil arah ke selatan alias masuk ringroad timur (bisa lewat atas jembatan atau lewat bawah), kemudian pada perempatan pertama mengambil arah kanan (arah JEC), kalau tidak salah ada juga plang petunjuknya. Setelah itu ikutin jalan, dan di perempatan berikutnya ambil kanan lagi. Sampai deh, GLZ ada di sebelah kiri jalan :) Ohiya GLZ ini buka setiap hari dari pukul 07.30 – 17.30 dengan biaya retribusi Rp 25.000 di weekdays dan Rp 30.000 di weekend dan hari libur untuk usia 3 tahun ke atas.

Ohiya, kemarin saya kesana pas hari Ahad atau Minggu, jadi agak rame, heu, tapi cukup terkondisikan siih (dan alhamdulillah pengunjung lumayan sadar kebersihan).. Awalnya saya bilang ke Nana (saya kesini berdua sama Nana), kayanya enak kesini pas weekdays karena sepi tapi kata dia kalo weekdays ada beberapa hewan yang “disimpan” hehe. Jadi ada beberapa hewan (mostly burung siih) yang semacam dipajang (?) dan bisa buat foto bareng gitu sama pengunjung, yang kalau nggak hari libur sometimes nggak ada. 


Tapiii, tetep worth it sih karena ada banyaaaak banget hewan lainnya, mulai dari burung, musang, harimau, (sayangnya ga ada singaku sayang T.T), gajah, berbagai burung, elang :3, pinguiiin (nanti saya ceritain sendiri wkwk), rusa, beruang, sampai unta. Selain berbagai macam hewan, di GLZ juga ada beberapa wahana, dari naik sepeda (ini saya ga nemu siih hahaha tapi sempat liat dan dibilangin temen juga), kereta yang mengelilingi area GLZ, ada ATV untuk anak-anak, taman labirin, sampai bebek-bebekan (?) wkwk semacam wahana di air gitu, speed boat, sampai gethek wkwk. Seru pokoknya mah, sayang kemarin saya kurang fit, jadi jalan dikit udah pusing dan ngos-ngosan hahaha, tapi ga ada waktu lagi kalau mau nunggu badan fit wkwk. 


Si ganteng Pinguin Jackass yang kufoto sambil heboh sendiri wkwk
Ohiyaaa sebenarnya lebih seru lagi ke GLZ atau ke kebun binatang lain gitu bawa anak keciiil hehee karena sekalian mengenalkan mereka hewan-hewan ciptaan Allah yang luar biasa cem-macemnya masyaaAllah :”) pas ngeliat anak kecil lucu gitu kan sama orangtuanya, saya langsung inget sepupu yang masih TK sama bayik, terus bilang ke Nana, “aku pengen ngajakin sepupuku kesini deh”, eh terus dia bilang, “lah aku pengennya ngajak anakku”. Etdah nikah aja belum buukk ahahaha *okeskip. Ohiya btw ada satu kekurangan dari manajemennya yang menurut saya perlu dipikirkan ke depan: smoking area. Kaya sedih aja gitu, di tempat wisata yang pengunjung utamanya anak-anak, dan banyak hewan juga, eeh pada merokok dimana-mana :"( Kayanya untuk ke depannya perlu dibikin aturan khusus niih biar ga sembarangan gitu, paling enggak sediakan area khusus gitu kali yaa...hiks
Tentang Pinguin Jackass, dari Afrika
Ohiyaa (lagi wkwk)sebenernya hewan kesayangan saya (?) selama ini adalah singa, tapi entah kenapa kemarin tetiba jatuh cintrong sama pinguiiin :3 ya Allah dia lucu bangeeet syiiih beneraaan. Pinguin ternyata masuk ke kelas burung tapi yang gabisa terbang. Jadi habis dari Bird Park gitu, kita lewat di tempat Pinguin Jackass namanya, beneran dia imut banget ya Allaah :””) bisa kesit banget sampe saya motretnya heboh sendiri ngalahin anak kecil wkwk. Teruus, saya jadi inget cerita di Brazil yang ada seekor pinguin setiap tahun menempuh ribuan kilometer buat menemui seorang Kakek yang udah menyelamatkan hidupnya gitu, so sweet yaa :”) biasanya tau pinguin mah dari film kartun pinguin macem Madagascar wkwk. 

Pinguin :")
Dan pinguin adalah hewan yang setia, pantes aja yaa :””) dia marah dan pasti langsung berantem kalo anaknya ada yang ngambil atau dimangsa gitu. Dan, yang keren, tubuh pinguin itu mostly dua warna: putih di bagian dalam untuk melindungi mangsa dari dalam air waktu dia berenang, sedangkan warna gelap atau hitam untuk melindungi dari serangan mangsa dari atas atau darat, masyaaAllah yaaa :”) pokoknya love youuu pinguin pingin peluuukkk :”
Ini kita naik bebek-bebek-an yang dikayuh gitu lupa namanya hahaha heboh sendiri juga wkwk
Apalagi yaaa, pokoknya mah beneran seneng main kesiniii hehe. Dan asique-nya lagi, kita boleh bawa makanan pas masuk hehe jadi ga banyak jajan dan hemat :D menurut kemarin yang saya liat juga bakal ada beberapa spot baru seperti adanya SINGA dkk hehe tapi entah kapan :”) Ohiyaa selain pinguin yang menarik perhatian itu gajah huhu suka kasian gitu ga sih ngeliat gajah kaya udah sepuh (?) wkwk entah kenapa ada desiran (?) tersendiri kalo liat gajah :”) terus pas di Bird Park kita heboh sendiri ngeliatin dan berusaha capture burung Nuri yang lagi berduaan hahaha. Terus di akhir, kita heboh sendiri di wahana bebek di air (?) yang kita mancal sendiri itu wkwk.

Ini burung yang kita liatin terus wkwkwk
Pokoknya gitu, senaaang alhamdulillaah. Walaupun pulangnya tepar sampe besoknya :v ahaha (karena emang sebelumnya udah sakit siih wkwk). Tep yaa impian besar ke depan salah satunya punya tempat konservasi fauna (dan flora?) nanti kita cicil dulu beli tanahnya berhektar-hektar heu, aamiin, doakan gengs >.< segitu aja feature kita kali ini jalan-jalan ke Gembira Loka Zoo. Pan-kapan kita jalan-jalan lagi ke tempat yang lain, insyaaAllah. See ya!



(masih di) Yogyakarta,
16 Januari 2018

Andika Putri Firdausy

Minggu, 14 Januari 2018

Penampilan




Just like a quote "Don't Judge The Book by Its Cover", kita sendiri lebih sering terjebak pada nuansa awalan. Sering terpaku hanya pada tampilan awal. Sering mengabaikan dalamnya makna dibalik setiap hal.
Mulai dari hal kecil selevel memilih makanan, pakaian, dlsb, hingga soalan menekuni jurusan dan keahlian. Kita sering terjebak pada pandangan dan penilaian orang, tapi tak paham apa sebenarnya dibalik pilihan-pilihan kita.
Bukan tidak boleh menentukan pilihan berdasarkan yang sudah ada. Nyatanya, banyaknya juga yang terlihat baik, dan begitu memang aslinya.
Hanya, kita dituntut untuk memilih dengan cerdas, bukan asal. Karena semua pilihan kita kelak akan dipertanggungjawabkan, bukan?
Ah, metafora.
Semoga petunjukNya selalu membersamai langkah kita.

Berkumpul di Jannah