Rabu, 22 Juni 2016

Seayat Ilmu


“Menuntut ilmu karena Allah adalah bukti ketundukan pada-Nya. Mempelajarinya dari seorang guru adalah ibadah. Melangkah menuju majelisnya adalah pembuka jalan surga. Duduk di tengah kajiannya adalah taman Firdaus. Membahasnya adalah bagian dari jihad. Mengajarkannya adalah tasbih. Menyampaikannya kepada orang yang tidak tahu adalah shadaqah. Mencurahkannya kepada orang yang berhak menerimanya adalah qurbah.”
– Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu,
dalam Lapis-Lapis Keberkahan,
Salim A. Fillah

Saya sedang membaca buku yang setelah sekian lama teronggok ini, dan, pada halaman itu, saya berhenti. Allah, betapa ilmu-Mu sangatlah luas...

Mungkin, kalau dibuat menjadi satu buku, tidak akan cukup menuliskan kisah skripsi-an saya (yang belum selesai) ini #halah. Tapi, for sure, kadang saya berpikir, kok, hidup gue drama banget, ya :p

Saya sekarang berada di titik, anggap saja semangat pake banget. Sampai saya berpikir mengundurkan tiket pulang gegara pengen ngendon baca buku di perpus (padahal buku di kos juga belum rampung wkwk). Akhirnya tidak jadi saya lakukan karena keburu dimarahin adek kalau nunda2 pulang, nanti me-ha-pe-in orangtua soalnya, hiks, saya nggak mau itu. #baper

Saya nulis beginian, selain biar blognya keisi :p juga biar menambah semangat saya sendiri. Karena, kadang saat kita lelah, kita butuh mengatur ritme sejenak, bukan terus berhenti selamanya. Membaca perkataan Muadz bin Jabal itu, saya jadi semangat. Iya, ya, bahkan ilmu saya nggak ada apa-apanya. Cuma seujung kuku semut aja. Hiks, sama sekali tidak ada yang bisa dibanggakan bahkan disebutkan.  Allah, betapa kecilnya saya...

Saya ingat ketika suatu pagi saya sedang mengulang satu mata kuliah. Dosen saya waktu itu mengatakan, ‘Kalian kuliah, itu juga amanah. Bukan hanya di organisasi aja amanah itu. Ketika kalian bersungguh-sungguh dalam kuliah, artinya kalian juga sudah menunaikan amanah dengan baik’. Jleb. Rasanya seperti ditampar. Allah, apakah sudah cukup pertanggungjawaban saya?

Ya Allah, ingat juga di istilah Jawa tentang ‘tirakat’ dan sebagainya. Terkadang ketika kita sampai di suatu titik puncak, bisa jadi itu bukan karena usaha kita, melainkan juga karena usaha orang-orang di sekitar kita. Kita tidak akan pernah tahu doa dan usaha siapa yang akan sampai dan diterima Allah, makanya, jangan pernah berhenti berusaha, berdoa, dan berbuat baik. Karena bisa jadi itu tidak akan berimbas ke diri kita, tapi mungkin ke keluarga kita dan orang-orang di sekitar kita.

Ih, jadi kemana-mana -,-
Intinya, saya jadi kembali menata niat saya. Ilmu Allah-lah yang akan saya kejar, dan semoga itu menjadi pemberat amal saya ketika tidak ada hal lain yang bisa saya ‘ajukan’ pada Allah di peradilannya kelak. Semoga, jalan dalam menuntut ilmu ini, bisa bermanfaat bagi umat, dan kelak dapat saya pertanggungjawabkan. Kalau dari yang saya kutip di blognya Mba Dewi,
“You are the author of your own book on the Day of Judgement. Make sure it is well worth reading!”

Ini juga sih yang membuat saya kekeuh pengen S2 dulu sebelum kerja. Saya pengen mengexplore ilmunya Allah yang luas itu. Dan semoga dengan itu, bertambahlah keimanan saya. Dan dengan ilmu itu pula, saya bisa menjadi manusia yang lebih bermanfaat. Bismillah ya, biidznillah.

Mungkin, saya hanya seonggok daging yang bernafas dan bergerak. Tapi semoga, ilmu menjadikan saya manusia yang lebih bermanfaat dan berharga di mata Allah. Saya juga ingat nasihat Ibu suatu ketika, ‘Nduk, ilmu itu akan mengangkat derajat seseorang. Semangat, ya!’ Ah, Ibu. Semoga kelak Allah pertemukan kita dengan keadaan terbaik di surgaNya, seperti nama yang telah Ibu dan Ayah sematkan padaku.

Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kita nikmat dalam menuntut ilmu. Menelusuri setiap hikmah di balik Kalam-Kalam Al-Qur’an juga ayat-ayat kauniyahNya. Semoga kita menjadi pejuang-pejuang ilmu yang senantiasa mengamalkannya. Kalau kata Ustad Salim di bukunya, ‘Di lapis-lapis keberkahan, ilmu adalah pengikat kebajikan‘. Semoga kita menjadi insan berilmu yang senantiasa menebarkan kebajikan. Dan dasar ilmu kita berawal dari Al-Qur’an.

22 Juni 2016 / 17 Ramadhan 1437
Sang Pejuang Ilmu,


Andika Putri Firdausy

Senin, 20 Juni 2016

Melangitkan Doa

Ramadhan sudah separuh berlalu, apa saja yang sudah kita lakukan? :”

Kesibukan dunia seringnya melenakan kita. Kalau bukan kuliah, organisasi, atau hal ‘sesepele’ hobi. Semuanya. Padahal, Ramadhan ini waktu yang hanya ada seperduabelas dalam setahun, dan, belum tentu tahun depan kita bertemu lagi. Banyaaak sekali kelebihan dari bulan ini. Bulan penuh ampunan, bulan dimana pahala amalan dilipatgandakan, bulan dimana setan-setan dibelenggu...

Sebelum Ramadhan sampai, doa saya hanya satu, Allah sampaikan saya di bulan suci ini. dan alhamdulillah, Allah masih mengizinkan saya bertemu dengan Ramadhan :)

Di awal bulan Ramadhan, suatu ketika saya sedang berbuka bersama. Bahasan kami sore itu sederhana, tentang doa. Selain di waktu-waktu ijabah seperti berdoa di hari Jumat, berdoa diantara adzan dan iqomah, berdoa saat sujud dalam sholat, berdoa saat hujan, dan lain-lain, bulan Ramadhan ini juga waktu yang sangat tepat untu memperbanyak doa. Bahkan sore itu, kami disarankan untuk menge-list semua doa yang akan kita panjatkan sepanjang Ramadhan. Entah doa itu berkaitan dengan dunia atau akhirat, untuk diri sendiri maupun keluarga kita atau bahkan orang lain. Siapa tahu, Allah akan segera menjawabnya dalam waktu dekat.

Doa, adalah salah satu interaksi yang sangat intim antara hamba dengan penciptanya. Komunikasi melalui doa adalah percakapan terindah yang tidak bisa diwakilkan. Hanya kita dengan Nya.

Bulan Ramadhan, adalah salah satu waktu terbaik untuk semakin banyak melangitkan doa. Bukan hanya karena banyaknya keinginan kita yang ingin segera tercapai, tapi lebih karena ingin semakin dekat denganNya. Bukankah, Ia lebih baik dalam membaca diri kita dan kebutuhan kita daripada kita sendiri?

Biarkan Ia merengkuh kita dalam doa-doa kita. Dan waktu sebagai perantara yang akan perlahan menjawab semua pertanyaan dan penantian kita. 
Ramadhan, saatnya melangitkan doa, dan mendekatkan diri padaNya. Selamat bermesra denganNya. :’)

20 Juni 2016/ 15 Ramadhan 1437
Yang merindukanMu, selalu,

Andika Putri Firdausy

Berkumpul di Jannah