Jumat, 28 Februari 2014

Saya, FLP, dan Dakwah Kepenulisan

PDKT FLP XV - April 2013

Esai: Saya, FLP, dan Dakwah Kepenulisan

Kehidupan di dunia adalah suatu tahap untuk melangkah ke kehidupan selanjutnya di akhirat. Kehidupan abadi yang tak akan ada habisnya. Adalah suatu rahasia Allah kapan kita akan melangkah ke tahap tersebut. Tetapi juga merupakan kewajiban kita untuk melakukan yang terbaik bagi kehidupan kita selanjutnya.

Manusia, layaknya makhluk yang lain, memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah. Bahkan, satu-satunya tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah. Secara luas, beribadah tidak hanya tentang sholat, puasa, zakat atau haji saja, melainkan juga pengaplikasian dan penjabaran dari nilai-nilai islam di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti menuntut ilmu, berbakti kepada kedua orangtua, bahkan sekedar tersenyumpun termasuk dalam aspek beribadah.

Salah satu aspek beribadah yang membutuhkan kekuatan ekstra adalah berdakwah. Bagi orang awam, berdakwah lebih diartikan dengan ceramah atau kajian oleh para da’i, ustad lebih tepatnya. Padahal sebenarnya, dakwah itu tak hanya melulu dengan ceramah atau kajian di masjid-masjid saja. Di era berteknologi ini, dakwah justru harus ditekankan pada segala aspek dan lini kehidupan, termasuk dalam media. Media-media massa yang lebih banyak dikuasai oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab hanya menyajikan informasi yang dianggap ‘aman’ untuk dikonsumsi khalayak, terutama umat muslim. Terlampau banyak informasi yang ditutup-tutupi, bahkan dimanipulasi. Untuk itulah kita sebagai umat muslim harus bisa menguasai media sebagai ajang dakwah, juga penunjuk kebenaran. Sudah terlalu banyak kita ditindas, dan ini saatnya kita tunjukkan bahwa kejayaan Islam yang dulu pernah terjadi tidak hilang begitu saja, Islam masih hidup, dan selamanya akan tetap ada.

FLP atau Forum Lingkar Pena merupakan sebuah forum dimana orang-orang yang berkehendak merdeka berkumpul: merdeka dalam mengemukakan pendapat, merdeka dalam menyalurkan ilmu lewat nada-nada indah dari bait-bait dan syair yang ada. Forum ini tak hanya diperuntukkan untuk mereka yang telah menambatkan hatinya pada bait-bait roman atau puisi saja, akan tetapi juga pada jiwa-jiwa yang haus akan adanya kekuatan dakwah dalam ukhuwah yang terjalin dengan indah. Kekuatan untuk saling mengingatkan dan menguatkan di jalanNya. Tentu butuh waktu dan tenaga yang tidak sedikit untuk terus menguatkan dakwah dan ikatannya dalam ukhuwah, yang tidak hanya berkarya untuk diri sendiri akan tetapi juga memberi manfaat kepada umat – khairunnas anfa’uhum linnas.

Lagi, forum ini saya yakin tak hanya diperuntukkan bagi pujangga-pujangga yang telah dengan sangat indah merangkai kata. Tetapi juga untuk para pemula seperti saya. Yang masih belajar mengeja, yang jangankan kemampuan untuk mengeksplorasi makna dalam kata, ide saja tak kunjung tiba, bertebaran tapi entah dimana. Tapi sungguh Allah tidak akan menghalangi makhlukNya untuk terus belajar dan melakukan hal yang baik, insyaAllah pasti ada jalan. Banyak jalan menuju Roma, dan tentu saja banyak cara untuk belajar dan berkarya.

FLP merupakan sarana yang sangat tepat, tidak hanya untuk belajar dan berkarya, tetapi juga untuk berdakwah dan tentu saja menjalin ukhuwah. Dalam perjalanannya kelak, dalam forum ini tentu saja kita akan belajar banyak hal, tak hanya tentang bagaimana menghasilkan karya yang hebat, tetapi juga menjadi orang yang bermanfaat, juga sebagai ajang untuk saling ber-fastabiqulkhairat, insyaAllah.

Dunia, menyajikan berjuta pesona. Sayangnya, semua itu hanyalah sementara. Tak pernah ada yang abadi di dunia ini. Tak pernah ada yang sempurna di dunia ini. Karena, orang yang terkuatpun juga bisa lemah. Orang tercerdaspun juga bisa lupa. Untuk itu butuh orang lain, untuk saling menguatkan dan mengingatkan. Dan itulah tujuan utama berdakwah. Berdakwah tak selamanya disampaikan melalui ucapan yang tertutur dari lisan. Namun melalui bait-bait indah kita juga dapat bercerita, mengingatkan ketika lupa, menguatkan ketika lemah. Melalui sajak-sajak yang diharap dapat menyejukkan kalbu, me-recharge iman yang sewaktu-waktu dapat melemah, mengembalikan semangat juang para mujahid untuk menegakkan kalimat tauhid, juga, mengisi relung hati yang haus dan rindu akan pertemuan denganNya.

Pada akhirnya, kelak di yaumil akhir semua akan diperhitungkan, dimintai pertanggungjawaban. Semua kata yang terucap dari lisan ini, semua tempat yang telah tertuju oleh kaki ini,  juga, semua yang telah tertulis oleh tangan ini. Maka sebagai pengikatnya adalah lingkungan kondusif yang selalu berada dalam koridorNya. Sebagai penjaga dikala jiwa sedang gundah atas kekhawatiran dunia yang tidak seharusnya. Sebagai penyejuk dikala hati sedang haus akan penantian untuk bertemu denganNya. Sebagai penyemangat dikala raga mulai termakan aktivitas dunia. Sungguh, hanya lingkungan yang baik yang dapat mengikat semuanya. Dan di FLP ini saya berharap dapat menemukan lingkungan itu. Keluarga yang akan mengantarkan saya pada keindahan dan keagungan cintaNya, insyaAllah.  


 

Ditulis dalam rangka memenuhi syarat seleksi FLP Wilayah Yogyakarta XV

Andika Putri Firdausy,
23 April 2013


ps. saya sedang rindu FLP. maaf untuk semua yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa bergabung di FLP XV tapi belum saya maksimalkan. saya ingin belajar lebih banyak lagi. apapun. izinkanlah, Rabb..

Kamis, 27 Februari 2014

Kesyukuran Dibalik Bencana

Kesyukuran Dibalik Bencana: Memandang dan Menyikapi Bencana

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” Q.S 94:5

Foto Udara Sebagian Yogyakarta (sumber: Kota Yogyakarta [fb] )

Definisi bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (bnpb.go.id). Bencana, terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Bencana dianggap selalu membawa dampak negatif yang merugikan manusia. Akan tetapi kita telah lupa, bahwa dibalik setiap kejadian atau bencana tersebut, selalu terkandung sebuah hikmah.
Erupsi Gunung Kelud pada tanggal 13 Februari 2014 kemarin merupakan salah satu contoh. Gunung Kelud mengalami erupsi terakhir pada tahun 2007. Akan tetapi erupsi yang terjadi pada tahun tersebut merupakan erupsi yang tidak biasa. Erupsi Gunung Kelud biasanya merupakan erupsi yang eksplosif dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Akan tetapi pada tahun 2007, Gunung Kelud tidak mengalami erupsi eksplosif melainkan memunculkan kubah lava yang cukup besar di kawah Kelud. Akibatnya, aktivitas gunung tersebut menjadi berubah. Hal inilah yang mengindikasikan terjadinya erupsi yang cukup besar pada tahun 2014.
Erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014 ini merupakan erupsi yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari material yang terlempar saat erupsi hingga sejauh 17 kilometer. Selain itu, akibat arah angin pada ketinggian tertentu lebih banyak mengarah ke barat-barat daya, sebaran abu vulkanik hasil erupsi Kelud juga lebih banyak mengarah ke bagian barat Kelud dubanding daerah lainnya. Menurut pemberitaan bahkan abu tersebut mencapai daerah Bandung, Jawa Barat dan mengakibatkan penundaan penerbangan di seluruh bandara di Pulau Jawa. Salah satu kota yyang terkena dampak dari abu vulkanik Kelud yan cukup besar adalah Yogyakarta.
Matahari pagi pada tanggal 14 Februari seakan enggan menyapa. Jam menunjukkan hampir pukul enam pagi, tetapi suasana masih sangat gelap seperti belum shubuh. Dari berita di televisi saya baru mengetahui bahwa hal tersebut terjadi akibat dampak abu vulkanik hasil erupsi Gunung Kelud semalam. Hari mulai terlihat lebih terang sekitar pukul tujuh. Langit berwarna jingga seperti senja, tetapi membawa hawa yang sedikit pengap. Berdasarkan instruksi, kami akhirnya menggunakan masker meski di dalam ruangan agar terhindar dari abu vulkanik yang memiliki bagian runcing sehingga dapat merusak organ pernapasan.
Kota Jogja seperti kota mati saat saya berkeliling untuk mencari makan di sore harinya. Hampur tidak ada warung yang buka membuat kami – anak kos – kelaparan. Dengan adanya hujan abu banyak pedagang enggan berjualan karena terganggu dengan debu yang beterbangan. Selain itu memang kondisi lingkungan belum kondusif sehingga justru akan emmbahayakan jika menjual makanan pada kondisi seperti ini. Dari sudut pandang negatif lainnya, kita dapat melihat banyak kejadian. Hujan krakal, krikil, hingga hujan abu yang mengguyur bahkan sebagian dari Pulau Jawa, lahar dingin dan material erupsi lainnya, serta beragam dampak negatif lain yang dapat kita lihat dari siaran-siaran berita di media. Akan tetapi, Allah tidak pernah menguji melebihi kemampuan hambaNya, maka dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan.




Selain dampak negatif, kita juga dapat melihat adanya dampak positif dari bencana ini. Sebuah gunung berapi dipastikan memiliki siklus erupsi sebagai bentuk peremajaan, sehingga gunung tersebut dapat terus memberi manfaat. Selain itu, material-material hasil erupsi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan juga media tanam. Bagi para pedagang, tentulah hal ini menjadi suatu keberkahan untuk mendapatkan rezeki lebih. Jiwa sosial kita sebgai manusia juga diuji, apa yang dapat kita berikan kepada saudara kita yang sedang diuji dengan musibah. Salah satu contoh nyata kegiatan yang dapat meningkatkan rasa kekeluargaan adlah yang terjadi di Fakultas Geografi UGM. Kami bekerja bakti untuk membersihkan sisa abu vulkanik yang masih ada di sekitar kampus. Alhamdulillah, hujan telah mengguyur kampus semalam. Bukti akan kebesaran Allah akan ada, dan selalu ada, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Selalu siratkan syukur dibalik apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, agar semua kejadian lebih terasa nikmatnya. InsyaAllah.


Dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh untuk Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh
Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2014

Andika Putri Firdausy,
27 Februari 2014

Kamis, 20 Februari 2014

#8 : Kansai, We're Coming!

Perjalanan kami memang tidak sepanjang itu. Sekitar 9-10 jam, kurang lebih sama seperti naik kereta api pulang ke rumah. Hanya saja memang ini perjalanan yang berbeda. Perjalanan dengan pesawat pertama kali, bisa dibayangkan bagaimana antusiasme kami. Hehe. Perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Kansai dimulai sekitar pukul sembilan lewat waktu setempat. Hari yang cerah, dan kami sangat bersemangat. :D

Setelah duduk dengan tenang di dalam pesawat, kami mencari-cari kegiatan. Mulanya membaca buku dan brosur yang ada di saku kursi pesawat, ngobrol, melihat pemandangan dari jendela pesawat bergantian. Hihi, subhanallah, terimakasih Allah telah memberikan kesempatan yang indah ini kepada kami. ^^
Lalu makanan pesanan kami datang, alhamdulillah. Chicken Teriyaki! \m/

Malam mulai menyapa. Senja yang indah. Kami semakin takjub dengan keagunganNya.

Mulai bosan, akhirnya kami main UNO. Saya yang bandel mengajari teman-teman saya. Awalnya sih saya tidak terkalahkan, eh, ujung-ujungnya kalah juga. Hehe, yaa namanya juga permainan, ada kalah, ada menang. Sama seperti hidup kita, ada saatnya kita diatas, juga ada saatnya kita berada di bawah. Nikmati saja, dan tetap bersyukur.

Setelah puas bermain, kantuk mulai menyapa kami. Akhirnya kami mengakhiri permainan dan mulai menata diri untuk memejamkan mata. Bersiap dengan perubahan suhu dari daerah tropis ke subtropis. Bersemangat menyambut mimpi yang menjadi nyata. Esok, adalah hari yang paling kami nantikan. Bismillah, semoga semua lancar.

Selasa, 18 Februari 2014

Demi Masa

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
1. Demi masa. 
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. 
(Q. S. Al-Ashr: 1-3) 

Subhanallah, Maha Suci Allah atas Segala yang ada di Bumi dan di Langit.

bagaimana kau merasa banggaakan dunia yang sementarabagai manakah bila semuahilang dan pergi meninggalkan diri mu
bagimanakah bila saat nyawaktu terhenti tak kau sadarimasikah ada jalan bagi mu untuk kembalimengulang ke masa lalu
dunia....di penuhi dengan hiasansemua..dan sgala yang adaakan kembali pada nyabila waktu tlah memanggilteman sejati hanyalah amalbila waktu tlah terhentiteman sejati tinggalah sepi...
(Opick - Bila Waktu Telah Berakhir)

Subhanallah, walhamdulillah. Bersyukur masih dikarunia nikmat hidup oleh Allah.

Tulisan ini berawal dari kejadian yang saya alami hari ini.  Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh, apabila satu anggota badan merintih kesakitan maka sekujur badan akan merasakan panas dan demam”. (HR. Muslim).  Hadits perumpaan umat Islam yang digambarkan oleh Rasulullah tersebutlah yang cukup untuk membuat saya sakit hati ketika saudara seiman saya direndahkan.

Memang, keimanan seseorang tidak hanya dapat dilihat dari caranya berpakaian saja, tetapi juga akhlak dan ketaqwaannya. Akan tetapi, seorang mukmin yang mengenakan layaknya orang mukmin, tentu saja bukan hal yang salah, bahkan merupakan hal yang baik. Apalagi jika itu merupakan perintah Allah dan RasulNya. Astaghfirullah, ampunilah segala kesalahan dan dosa kami, ya Allah.
Saya, hanyalah manusia yang masih belajar. Belajar untuk bertanggung jawab, disiplin, dan tepat waktu. Termasuk untuk urusan ibadah. Saya sungguh masih belajar. Terkadang iman pada diri memang naik-turun. Akan tetapi, sikap seperti itu, menurut saya sungguh tidak dapat diterima. Ah, sudahlah. Semoga kita dapat terus memperbaiki kualitas (dan kalau bisa kuantitas) ibadah kita. Yuk istiqomah. :)

Sabtu, 15 Februari 2014

My Angels ♥

I just wanna be the angel, of my angel. ♥


Rumah 2x1

Beberapa hari terakhir saya menemukan bau aneh di sekitar kamar. Salah saya membiarkannya sekadar dua-tiga hari demi merampungkan aktifitas yang lain. Alhamdulillah, akhirnya kemarin saya bisa menyempatkanmembereskannya. Dan, subhanallah, ternyata ada makanan berbelatung. Hm, padahal itu adalah makanan yang terbungkus rapat oleh plastik. Deg. Jantung saya seakan berhenti dipacu untuk sejenak. Saya mikir, ini makanan lho, yangnotabene bisa awet, apalagi dibungkus plastik yang rapi. Lalu, bagaimana dengan, tubuh ini, nanti? Rasanya lapar, tapi tak nafsu makan, membayangkan bagaimana jika ada raga-raga yang pada masa hidupnya gagah, elok parasnya, dibangga-banggakan semasa hidupnya, lalu, pada akhirnya, hanya berakhir penuh dengan belatung pada ruang berukuran 2 x 1 meter itu? Astaghfirullah, tak sampai hati ini membayangkan hal itu.
Duhai Rabbi, Dzat Yang Maha Pengampun dan Pelimpah Kasih Sayang,
izinkanlah kami memiliki akhir yang indah,jadikanlah pertemuan denganMu dalam keadaan sebaik-baiknya kelak menjadi impian tertinggi kami karena itulah yang terindah,
izinkanlah kami menghamba dengan sebaik mungkin kepadaMua, Ya Rabb,
istiqomahkanlah kami……………


Selesai ditulis,
2 Desember 2013
05:06

Jumat, 14 Februari 2014

#7 : Berkenalan dengan Orang Jepang

Kali ini saya akan bercerita tentang beberapa sosok orang Jepang yang pernah kami temui di negeri matahari terbit tersebut. 
Pada awalnya, saya tidak pernah sekalipun terpikirkan tentang Jepang, apalagi untuk pergi kesana. Saya tau bahwa beberapa bahkan banyak dari teman saya yang menggandrungi dunia Jepang, termasuk ingin pergi kesana, seperti film, komik, anime, manga, dan lain-lain. Saya sendiri entah mengapa tidak begitu tertarik. Salah satu orang terdekat saya bekerja di pabrik milik orang Jepang yang tinggal di Indonesia. Dari banyak ceritanya tidak ada satupun yang membuat saya berpikiran untuk pergi kesana. Bahkan saya pernah berpikir, ooh jadi gini orang Jepang, kok beda ya sama yang diceritain orang-orang? Selain itu sewaktu SMA saya juga pernah  menonton video "les senyum" di Jepang. Iya. Jadi orang-orang Jepang tersebut mungkin saking kerasnya hidup atau bagaimana saya juga tidak tahu, sampai susah senyum dan harus belajar senyum. Di dalam video tersebut tergambar bahwa mereka melatih tersenyum dengan menggunakan sumpit atau alat lain yang membuat mulut mereka terbuka. Hihi, lucu juga ya. ^^

Tetapi, memang apa yang terlihat belum tentu mewakili semuanya.

Mari saya ceritakan beberapa orang Jepang yang pernah kami temui.

Pertama, di pesawat. 9 Desember 2013.
Waktu itu kami akan take off dari Kuala Lumpur menuju Kansai, sekitar pukul sembilan lewat waktu setempat. Dengan barang yang ampun-ampun (haha, salah perkiraan), meski bagasi sudah penuh, maka tas yang dibawa ke kabin juga tidak terlalu enteng. Akhirnya kami masuk ke pesawat. Nah, belum apa-apa saya sudah dibantu sama orang Jepang yang belum saya kenal. Ceritanya saya sedang duduk di bagian ujung dekat jalan diantara teman saya, jadi saya yang paling terakhir duduk dan memasukkan tas ke kabin. Ketika hendak memasukkan tas, ups, tasnya berat sekali dan hampir ngga muat di kabin. Huaaa saya hampir nangis ngejer (*lebay). Akhirnya, dengan sekuat tenaga saya mendorong tas saya, dan eh, dari belakang muncul pahlwan kesiangan, hehe. Seorang pemuda Jepang tiba-tiba membantu saya meletakkan tas tersebut di kabin. Ah, alhamdulillah. "Thank you :)"

Kedua, di saat yang sama, dua teman saya duduk terpisah. Mereka berdua duduk di sebelah seorang bapak asli Jepang, saya lupa namanya. Singkat cerita mereka berkenalan, ngobrol ngalor-ngidul. And, guess what? Si bapak memberikan kartu nama beserta alamat lengkap, serta menawarkan bantuan jika kami membutuhkannya. MasyaAllah, baik sekali, padahal kenalpun tidak. Hm, kemudian bapak tersebut berpindah tempat duduk di depannya karena ada yang kosong. Terima kasih, pak! Setidaknya kami tahu bahwa Engkau orang baik-baik yang mungkin bisa kami cari saat kami butuh bantuan disana, hehe :D

Sampai di Kansai hampir tengah malam. Ada kejadian yang sangat menarik. Tetapi akan saya ceritakan di bagian terpisah saja :D

Beberapa foto sepanjang perjalanan dari Jakarta hingga tiba di Kansai:

Sesaat sebelum transit, di Bandara Kuala Lumpur 

Sekitaran Sumatera, sepertinya

Senja yang indah :)

UNO!!! Ngajarin ima sama azza main UNO :p

Kamis, 13 Februari 2014

GR atau Ge-eR ?

GR (Ge-eR)
Ada yang bisa menjelaskan ke saya apa maksud dari GR?
Pernah suatu ketika saya masih kecil, saya bertanya kepada orangtua saya, “Buk, Ge-eR itu apa sih?”. Lalu beliau menjawab, “GR itu kepanjangan dari Gedhe Rumangsa”.
Oooh, begitu rupanya.
Suatu ketika, saya membaca “Berjuta Rasanya”nya Tere Liye. Di salah satu cerita di dalamnya (saya lupa judulnya), terdapat sebuah kisah menarik tentang Ge-eR ini. Betapa seorang perempuan merasa Ge-eR karena terus dilihat oleh teman laki-lakinya. Dia merasa bahwa temannya tersebut menyukainya karena selalu mencuri pandang dan sering menanyakan sesuatu kepadanya. Padahal temannya tersebut tidak bermaksud seperti yang ia harapkan, karena teman laki-lakinya tersebut justru menyukai teman si perempuan ini. Hahaa. Geli juga membacanya, karena saya seakan ditohok dengan cerita yang ada. [?]
Saya rasa, semua orang pernah merasa ke-Ge-eR-an, entah disadari atau tidak. Hal itu merupakan suatu sifat alami manusia yang merasa ingin diperhatikan. Jika dikelola dengan baik dan sesuai porsinya, saya rasa perasaan Ge-eR itu sah-sah saja. Akan tetapi, semua yang berlebihan akan berujung pada kemudharatan, termasuk sikap Ge-eR ini. Semakin dewasa kita, seharusnya kita lebih bisa mengontrol emosi kita.
Ge-eR, merupakan suatu perasaan berlebihan yang merasa bahwa dirinya diperhatikan, bahwa dirinyalah objek suatu pembicaraan, bahwa dirinyalah yang sedang diperbincangkan. Ge-eR lebih mirip dengan rasa kepercayaan diri yang terlalu tinggi, kePDan.
Boleh, bahwa kita merasa mempunyai sesuatu yang lebih dari yang lain. Boleh, bahwa kita merasa ingin diperhatikan. Tapi ingat, semua harus dilakukan dalam batas kewajaran. Karena semua hal yang berlebihan tidak pernah berujung dengan baik. Cukupkanlah dengan cukup itu sendiri.
Yogyakarta,
12 Februari 2014 10:53

Rabu, 12 Februari 2014

Sindrom 20

Orang-orang di sekitar saya sih lebih sering menyebutnya dengan "Sindrom 20" atau "Sindrom 20+". Artinya, sindrom ini hanya berlaku pada orang-orang yang akan-sedang-telah berumur 20 tahun. Sindrom apakah itu?

Yap. Pernikahan.


Entah siapa pencetus pertamanya, pembahasan tentang pernikahan saat ini begitu marak di sekitar saya, terutama di kampus. Mungkin, dan memang kata sebagian orang, memang sudah saatnya seumuran kami (menginjak 20 tahun) membahas  mengenai hal-hal tersebut. Bukanlah sebuah hal yang tabu jika membicarakan hal-hal positif dan jelas hukumnya ini. Akan tetapi pembahasan yang terus-menerus, rasanya dirasa risih juga. Mungkin bukan risih, tapi...

"Lagi apa, mblo?"
"Ciyee jones"
"Truk aja gandengan, masa kamu engga?" 
"Tahu aja ada isinya, masa hatimu kosong?" 
"Ondel-ondel aja punya pasangan" 
"Wisuda cuma didampingi ortu aja, itu wisuda apa ambil rapor?"

Dan sederet kata-kata sejenis lain yang beterbangan di sekeliling kita.

What do you feel, guys?
Kebakaran jenggot?
Woles aja?
Atau, bingung harus merasa bagaimana?
Hahaha, keep calm! :)

Oke, pertama, mari kita duduk dengan tenang dan membicarakannya baik-baik.

Minggu, 09 Februari 2014

Sebuah Percakapan

Lagi-lagi hanya bisa memberikan air mata. Dan kata maaf. Allah, maafkan hamba. Ibuk, ayah, maafkan anak bandelmu satu ini, ya. Utii, lekas sehat, nggih. Jogja, semester empat, mari bersahabat!

Sembari menanti senja, dudukku tidak tenang. Akhirnya kutekan tanda panggil di telepon genggamku. Tut...tuuut. 
*Halo? 
Suara seorang lelaki agak berat di seberang sana. 
**Om, ini putri, hehe. 
*Ooh, mau ngomong sama ibuk? 
**Nggih, om. 
Lalu terdengar percakapan nun di seberang sana. 
*Iki, kekno ibuk e. 
Aaaa, tiba-tiba, suara mendayu, seakan menolak tapi patuh, suara anak kecil yang kurindu. Adik sholih, apa kabarmu, sayang? Ah, manisnya suaranya. Mbak put rindu kamu, dek. :’)

Lalu yang dilakukannya adalah mengoperkan telepon genggam tersebut kepada orang lain.
Kali ini seorang wanita, yang kukira... 
*Nduk? 
**Halo, nggih
*Ngomong karo ibuk to
**Oh, hehe nggih. 
Dalam hati: mirip sekali suaranya. Ah, namanya juga saudara. Bulik tangguh satu ini. Kuat ya, bulik, cobaan itu darimana saja, insyaAllah kalau kuat dan sabar balasannya surga. Ah, maaf ponakan yang waktu kecil kau rawat belum bisa membalas apa-apa selain doa. Semoga engkau selalu dikuatkan.

*Ning kosan nduk? 
**Hehe, nggih, senin besok pun masuk. 
*Oalaah, ho’oh. Sehat to? 
**Alhamdulillah. Jenengan datheng rumah to? 
*Ora, iki wis nyampe rumah e uti. Iki lo ibukmu.

**Halo, assalamu’alaykum. Buk. 
*Nduk, ning ndi iki? Ning kosan? 
**Nggih, ning kosan. 
*Mau dienteni kok ra telpon-telpon, lali ta? 
**Hehe, mboten, tadi mbenerin speedy, internetnya mboten saged. 
*Oalaah la sing mbayar 50ribu iku? 
**Nggih, sik dibenerin. Ada siapa aja buk? 
*Iki ana uti, bl ulin, bl utik, jare bl ida mrene kok ga teko2. 
**Loh, bl ida? Mbolos berarti adek2? 
*Iyo. Iki lo, ngomong karo uti ta? 
**Hehee, ngomong apa? 
*Lo, kok ngomong apa, ya tanya sehat ta apa ta. 
**Hehe. 
*Sik.

*Halo, assalamu’alaukyum. 
**Wa’alaykumsalam. Ti? 
*Nduk, sehat? 
**Alhamdulillah. Uti pripun, sehat? 
*He, ya alhamdulillah wis mendingan. 
**Sampun berobat, ti? 
*Wis, sabtu ndek ingi. 
**Dianter sinten ti? 
*Karo bl ulin. Ning rumah sakit e pas rame, dadi ra iso ngontrol gula e. ..... Sampean jerek e tas pulang nduk? 
**Hehe, nggih ti, ngapunten mboten ke blitar. 
*Iyo ra popo, brp hari? 
**10 hari ti di rumah. 
Antara sedih, nyesel, ngerasa bersalah. 
Hening. 

**Hmm ti, nggih sampu ti ngoten mawon, mugi2 uti diparingi seger waras. 
*Aamiin, dunga dinunga ya, nduk. 
**Nggih ti. Nggih sampun, assalamu'alaykum. 
*Wa'alaykumsalam.

Nyoh.

Tes...


**Buk? 
*Halo, nduk. ..... Sampean nangis ta?
** (sesenggukan) Ha? Mboten.
*Kok suarane bindeng. 
**Mboten. Buk, alamat e smp 3 apa? 
*Jalan dr. Soetomo no 1 bangil 67153
**Nek pabriknya ayah?
*Yo gak apa nduk, engko ben di sms ayah. 
**Ooh nggih, lupa blm ditulis ternyata ada di form. 
*Lha kapan dikirim e? 
**Besok buk, jenengan doakan nggih. 
*Lha sing daftar kaya sing wingi ikut ta?
**Mboten, yang kemarin dari pemerintah, ini dari perusahaan, kaya Sampoerna, gitu.
*Oalaah, lha sing kae?
**Pesimis buk. Nilainya turun. (mulai lagi)
*Lha pira nilaine?
**Sik ada yang belum keluar.
*Lha tapi kan ana nilaine, pira nduk?
**Turun, buk, 3,xx (sambil sesenggukan tapi ditahan)
*Oh ya wis gpp, iku wis apik kok, pean ya wis berusaha, kegiatan e ancen akeh, saiki kan wis ngerti prioritas e. Gpp, ibuk biyen ya ga sampe sak mono, wis to, ibuk ga kecewa, ibuk lo gpp,  apa meneh ayah, wis gausah dipikir. 

Tapi, semua suara itu seakan terbang. Aku tidak bisa merasakannya. Hanya sesunggukan menahan peluh.
Ah.

Rabbi, sungguh hanya Engkau yang tahu apa yang terbaik bagi kami. Hanya, izinkanlah kami menjadi manusia yang bermanfaat, dan manusia yang selalu lebih baik dari sebelumnya.
Bismillah.

Yogyakarta, 9 Februari 2014
 
 

#6 : The 'Kawai' Children

I just miss Japan. The fact that I failed to go there (again in the near time cause of somethin amazing haha) make me feels so.... (can't explain >.<)
Here are some picture, kawai picture of children in Japan.
^^



The first named Alatas. He is the one who sit besides me in the plane to Fukuoka. What a kawaaaai! He always lookin at me, deeply, with his cute smile. God, I can't stop smiling all the time, and he did too. Ah, thanks Alatas! ;)

 The second, I dunno what her name. We just see her when we went around Kyoto. She left her mother and I took her picture behind the scene, hihi. ^^

What a sweeet! I thought they are family, maybe. Walking around the town after school. Nice :))

Berkumpul di Jannah