Kesyukuran
Dibalik Bencana: Memandang dan Menyikapi Bencana
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu
ada kemudahan” Q.S 94:5
Foto Udara Sebagian Yogyakarta (sumber: Kota Yogyakarta [fb] ) |
Definisi bencana menurut
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (bnpb.go.id).
Bencana, terkadang dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Bencana dianggap
selalu membawa dampak negatif yang merugikan manusia. Akan tetapi kita telah
lupa, bahwa dibalik setiap kejadian atau bencana tersebut, selalu terkandung
sebuah hikmah.
Erupsi
Gunung Kelud pada tanggal 13 Februari 2014 kemarin merupakan salah satu contoh.
Gunung Kelud mengalami erupsi terakhir pada tahun 2007. Akan tetapi erupsi yang
terjadi pada tahun tersebut merupakan erupsi yang tidak biasa. Erupsi Gunung
Kelud biasanya merupakan erupsi yang eksplosif dan terjadi dalam waktu yang
relatif singkat. Akan tetapi pada tahun 2007, Gunung Kelud tidak mengalami
erupsi eksplosif melainkan memunculkan kubah lava yang cukup besar di kawah
Kelud. Akibatnya, aktivitas gunung tersebut menjadi berubah. Hal inilah yang
mengindikasikan terjadinya erupsi yang cukup besar pada tahun 2014.
Erupsi
Gunung Kelud pada tahun 2014 ini merupakan erupsi yang cukup besar. Hal ini
dapat dilihat dari material yang terlempar saat erupsi hingga sejauh 17
kilometer. Selain itu, akibat arah angin pada ketinggian tertentu lebih banyak
mengarah ke barat-barat daya, sebaran abu vulkanik hasil erupsi Kelud juga
lebih banyak mengarah ke bagian barat Kelud dubanding daerah lainnya. Menurut
pemberitaan bahkan abu tersebut mencapai daerah Bandung, Jawa Barat dan
mengakibatkan penundaan penerbangan di seluruh bandara di Pulau Jawa. Salah
satu kota yyang terkena dampak dari abu vulkanik Kelud yan cukup besar adalah
Yogyakarta.
Matahari
pagi pada tanggal 14 Februari seakan enggan menyapa. Jam menunjukkan hampir
pukul enam pagi, tetapi suasana masih sangat gelap seperti belum shubuh. Dari
berita di televisi saya baru mengetahui bahwa hal tersebut terjadi akibat
dampak abu vulkanik hasil erupsi Gunung Kelud semalam. Hari mulai terlihat lebih
terang sekitar pukul tujuh. Langit berwarna jingga seperti senja, tetapi
membawa hawa yang sedikit pengap. Berdasarkan instruksi, kami akhirnya
menggunakan masker meski di dalam ruangan agar terhindar dari abu vulkanik yang
memiliki bagian runcing sehingga dapat merusak organ pernapasan.
Kota
Jogja seperti kota mati saat saya berkeliling untuk mencari makan di sore
harinya. Hampur tidak ada warung yang buka membuat kami – anak kos – kelaparan.
Dengan adanya hujan abu banyak pedagang enggan berjualan karena terganggu
dengan debu yang beterbangan. Selain itu memang kondisi lingkungan belum
kondusif sehingga justru akan emmbahayakan jika menjual makanan pada kondisi
seperti ini. Dari sudut pandang negatif lainnya, kita dapat melihat banyak
kejadian. Hujan krakal, krikil, hingga hujan abu yang mengguyur bahkan sebagian
dari Pulau Jawa, lahar dingin dan material erupsi lainnya, serta beragam dampak
negatif lain yang dapat kita lihat dari siaran-siaran berita di media. Akan
tetapi, Allah tidak pernah menguji melebihi kemampuan hambaNya, maka dibalik
setiap kesulitan pasti ada kemudahan.
Selain
dampak negatif, kita juga dapat melihat adanya dampak positif dari bencana ini.
Sebuah gunung berapi dipastikan memiliki siklus erupsi sebagai bentuk
peremajaan, sehingga gunung tersebut dapat terus memberi manfaat. Selain itu,
material-material hasil erupsi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan
juga media tanam. Bagi para pedagang, tentulah hal ini menjadi suatu keberkahan
untuk mendapatkan rezeki lebih. Jiwa sosial kita sebgai manusia juga diuji, apa
yang dapat kita berikan kepada saudara kita yang sedang diuji dengan musibah.
Salah satu contoh nyata kegiatan yang dapat meningkatkan rasa kekeluargaan
adlah yang terjadi di Fakultas Geografi UGM. Kami bekerja bakti untuk
membersihkan sisa abu vulkanik yang masih ada di sekitar kampus. Alhamdulillah,
hujan telah mengguyur kampus semalam. Bukti akan kebesaran Allah akan ada, dan
selalu ada, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Selalu siratkan syukur dibalik
apapun yang terjadi dalam kehidupan kita, agar semua kejadian lebih terasa
nikmatnya. InsyaAllah.
Dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Penginderaan Jauh untuk Vegetasi dan Penggunaan Lahan
Program Studi Kartografi dan Penginderaan Jauh
Fakultas Geografi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2014
Andika Putri Firdausy,
27 Februari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar