Perjalanan kami memang tidak sepanjang itu. Sekitar 9-10 jam, kurang lebih sama seperti naik kereta api pulang ke rumah. Hanya saja memang ini perjalanan yang berbeda. Perjalanan dengan pesawat pertama kali, bisa dibayangkan bagaimana antusiasme kami. Hehe. Perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Kansai dimulai sekitar pukul sembilan lewat waktu setempat. Hari yang cerah, dan kami sangat bersemangat. :D
Setelah duduk dengan tenang di dalam pesawat, kami mencari-cari kegiatan. Mulanya membaca buku dan brosur yang ada di saku kursi pesawat, ngobrol, melihat pemandangan dari jendela pesawat bergantian. Hihi, subhanallah, terimakasih Allah telah memberikan kesempatan yang indah ini kepada kami. ^^
Lalu makanan pesanan kami datang, alhamdulillah. Chicken Teriyaki! \m/
Malam mulai menyapa. Senja yang indah. Kami semakin takjub dengan keagunganNya.
Mulai bosan, akhirnya kami main UNO. Saya yang bandel mengajari teman-teman saya. Awalnya sih saya tidak terkalahkan, eh, ujung-ujungnya kalah juga. Hehe, yaa namanya juga permainan, ada kalah, ada menang. Sama seperti hidup kita, ada saatnya kita diatas, juga ada saatnya kita berada di bawah. Nikmati saja, dan tetap bersyukur.
Setelah puas bermain, kantuk mulai menyapa kami. Akhirnya kami mengakhiri permainan dan mulai menata diri untuk memejamkan mata. Bersiap dengan perubahan suhu dari daerah tropis ke subtropis. Bersemangat menyambut mimpi yang menjadi nyata. Esok, adalah hari yang paling kami nantikan. Bismillah, semoga semua lancar.
Tiba-tiba saya terbangun. Entah pukul berapa saat itu, mungkin sekitar pukul sebelas malam lewat waktu Jepang karena memang sudah ada tanda-tanda kami hampir sampai. Tidur saya terusik. Dan yang kemudian terjadi adalah saya mual. Perut saya tidak bisa diajak kompromi. Saya mulai lemas. Landingnya juga agak sedikit tidak mulus, membuat saya semakin mulas. (Belakangan saya tahu dari teman saya bahwa beberap saat sebelumnya terjadi badai disertai petir yang mungkin membuat goncangan di pesawat lebih terasa). Keringat dingin mulai bercucuran, Rabbi.. Di samping kiri, teman saya juga mulai tidak enak badan. Sepertinya efek minum air keran (baca: drinkin' water) di Kuala Lumpur tadi. Entahlah. Yang jelas saya sudah tidak bisa merasakan apa-apa. Lemas.
Bandara Kansai mulai terlihat. Bukannya bahagia saya malah panik. Saya bingung, apa yang harus saya lakukan? Saya duduk di bagian tepi jalan sehingga menutupi dua orang teman saya. Sedangkan saya sendiri tidak kuat bergerak apalagi berdiri saking lemasnya. Satu per satu orang berdiri dari tempat duduknya, mengambil barang di kabin, dan mulai meninggalkan pesawat. Saya? Duuh semakin panik!
Setelah pesawat hampir kosong, akhirnya saya menguatkan diri saya. Kalau tidak, bisa-bisa kami terkunci di pesawat, ngga lucu juga >.<. AKhirnya kami menjadi penumpang terakhir yang turun. Alhamdulillah setelah beberapa langkah keluar dari pesawat, suasana nyaman Kansai membuat sakit di perut sedikit tersamarkan. Kami berjalan menuju pintu keluar yang ditunjukkan sambil tolah-toleh mencari toilet terdekat. Dan, yap, itu dia! Kami segera bergegas.
Saya sudah tidak memperhatikan apa yang teman saya lakukan. Yang saya tahu saya sudah masuk ke dalam toilet untuk berbenah. Entah berapa menit, kemudian saya keluar, dan ternyata saya yang pertama keluar. Ketiga teman perempuan saya masih di dalam kamar mandi untuk berbenah, saya sudah tidak kepikiran, yang penting perut saya sudah normal (--).
Di luar, saya menunggu dengan teman laki-laki kami. Tak berapa lama, seorang laki-laki, rapi, menghampiri kami.
"!%@$#&#)$&*^%*^@"
"Ngomong apa dia?"
"Nggatau"
"Sorry, we can't speak Japanese, english please"
Setelah mengganti bahasanya menjadi bahasa yang lebih membumi, kami mengerti maksudnya. Ternyata si bapak ini sepertinya petugas imigrasi atau bandara, yang memberitahukan kepada kami bahwa bandara sudah mau tutup dan kami sudah ditunggu. Oh my. Akhirnya kami segera bergegas berjalan mengikuti petunjuk yang diberitahukan si bapak tersebut.
Sambil berjalan, sambil mengamati sekitar. Saat itu kami berada di lantai dua. Di lantai pertama, saya melihat kerumunan orang sedang mengantri. Saya pikir kesitu kami akan menuju, jadi saya santai-santai saja. Kemudian kami mengikuti jalan, dan, eh, malah berbelok ke kiri. Suasana bandara tiba-tiba terasa sangat sepi. Hanya ada kami berlima, dan si bapak yang tadi entah kemana. Kemudian kami bingung harus berjalan ke arah mana. Sesekali menengok belakang berharap ada orang lain.
Di depan kami terdapat semacam pintu, entahlah. Kemudian pintu itu tertutup secara otomatis. Ternyata adalah kereta (atau semacamnya) yang membawa penumpang dari satu bagian bandara ke bagian lainnya. Kemudian bapak petugas tadi muncul dan memngistruksikan kepada kami untuk menaiki kereta tersebut. Terdapat dua gerbong dalam kereta tersebut yang dihubungkan oleh satu pintu. Kami berlima masuk di gerbong kedua, sedangkan si bapak di gerbong pertama.
Di dalam kereta, seperti biasa, kami mengambil beberapa gambar. Pemandangan di luar adalah seperti pemanadangan bandara di malam hari. Pesawat-pesawat yang lain, tumpukan barang, beberapa lampu yang berkelipan. Begitulah. Hanya saja yang membuat berbeda adalah ini di Jepang, sehingga tidak semua tulisan bisa kami (saya) baca dengan benar, hehee. :D Kami terus mengambil gambar, dengan sesekali mengambil gambar kami sendiri. Narsis memang kadang diperlukan ckck. Kemudian pintu terbuka, dan kami sampai di bagian yang lain dari bandara Kansai.
Terdapat dua buah eskalator, naik dan turun. Akan tetapi eskalator naik sudah dimatikan, sehingga kami tahu harus menaiki yang mana. Arrival blablabla, Immigration blablabla. Wah, cek dokumen nih. Ada sebersit kekhawatiran karena membawa laptop yang tidak 'berstiker'. Tapi bismillah aja lah. Kemudian lagi, teman saya mengambil gambar teman yang lain, dan,
"Sorry, !%^#*(@&), they dislike if they know you bring camera"
Glek.
Yaa intinya sih kita tidak diperbolehkan mengambil gambar. Baiklah.
Pemandangan selanjutnya adalah, kami sedang berada di ruangan yang cukup besar. Di satu sudut, kami melihat setumpuk barang kami sudah tertata rapi, lengkap. Ada senyum lebar yang merekah, lucu, tapi juga malu. Beberapa petugas sudah siap menyambut kami karena memang ternyata, bandara sudah mau tutup, dan mereka hanya tinggal menunggu kami. Menarik sekali.
..To be continue...
Seperti air yang membawa kesegaran, seperti angin yang membawa kesejukan, dan seperti api yang membawa kehangatan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Tulisan berikut sedikit melompat dari tulisan yang sebelumnya. Saya akan membahas bagaimana kami bisa survive untuk sholat di Jepang dengan ...
-
Angin segar bertiup riang Menembus embun pagi yang malu-malu Daun-daun yang berguguran Ditemani percikan air hujan yang lembut Indah ...
-
Aku ingin bercerita tentang kita. Iya, kamu, dan aku tentu saja. Aku ingin orang lain tahu, bahwa aku dan kamu telah menjadi kita. Ba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar