Sabtu, 27 April 2019

Bangil - Kota Sejuta Cerita

"Kamu asalnya darimana?"
"Orangtuaku aslinya Blitar. Aku juga lahir disana. Setelah menikah, orangtuaku kemudian merantau ke sebuah kota kecil bernama Bangil. Lalu kemudian aku dan adikku besar di sana. ..."

Barangkali begitu percakapan yang akan terjadi ketika ada yang bertanya kepadaku mengenai tempat tinggal. Aku akan repot-repot menjelaskan dulu bagaimana asal-muasal mengapa aku dan keluarga kami tinggal disana. Sampai akhir dunia kuliah pun, aku masih melakukannya. Sesederhana karena aku merasa belum memiliki alasan kuat kenapa harus 'menyombongkan' kota kecil itu.

Alun-Alun Kota Bangil (Sumber: pasuruankab.go.id)
1. Geografis dan Penduduk
Bangil merupakan nama sebuah kecamatan (saat ini menjadi ibukota kabupaten) di Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Secara geografis kota kecil ini terletak di dataran rendah. Di bagian selatannya, terdapat beberapa gunung seperti Gunung Arjuna dan Gunung Welirang. Selain sumber air yang bagus dan tanah yang subur terutama di daerah yang lebih dekat dengan kaki gunung, salah satu yang menarik adalah pemandangan indah yang bisa dinikmati dari belakang rumah berlatar dua buah gunung seperti yang terlihat disini. Selain diapit pegunungan, di sisi timur laut kota kecil ini berhilir ke Laut Jawa. Tak jarang yang memiliki tambak di daerah pesisir pantai, baik tambak ikan maupun tambak udang.
Penduduk yang tinggal di Bangil berisi dari bermacam-macam suku, mulai dari Jawa, Madura, Arab, juga keturunan Tionghoa. Mata pencaharian mereka pun beragam, dari petani, nelayan, pedagang, hingga karyawan di industri-industri baik lokal maupun mancanegara yang tumbuh di daerah ini.

Lokasi Bangil di Google Maps (Sumber: maps.google.com)

2. Sejarah
Terdapat beberapa versi cerita tentang sejarah dari Kota Bangil ini sendiri. Dulu, aku sempat mendengar asal muasal yang sempat membuatku enggan menjadi bagian dari kota ini. Katanya, Bangil itu berasal dari kata Mbahe Angel (sulit), karena saking susahnya orang-orang sini diberitahu. Akan tetapi, setelah kubaca lagi, justru kata Bangil itu sendiri ada dua versi. Pertama, adalah Bangil dari kata Mbahe Angel, yang berarti dia teguh dengan prinsip Islamnya. Dan yang kedua, adalah Bangil yang berasal dari kata Mbahe Ngilmu. Keduanya, kemudian berkorelasi dengan banyaknya habaib atau ulama yang ada di kota ini. Hingga sekarangpun banyak pondok pesantren di Bangil sehingga kota ini pun memiliki julukan "Kota Santri".
Selain tentang dunia santri, salah satu sejarah yang terkenal dari Kota Bangil adalah tentang Sakera. Ia adalah seorang yang jujur dan membela orang kecil. Perjuangannya dalam membela kebenaran walaupun pada akhirnya tewas terbunuh karena pengkhiatan, menjadikan namanya dinobatkan menjadi nama suporter di kota ini: Sakera Mania.

3. Wisata dan Kuliner
Selain terkenal dengan berbagai kisah sejarah baik yang terjadi di Bangil maupun yang melatarbelakangi penamaan kota "Bangil", kota kecil ini tentu masih memiliki beragam pesona. Salah satunya adalah kuliner khas. Ialah Nasi Punel, yang menjadi andalan dari kota ini. Selain nasinya yang bersifat "punel" atau pulen, yang menjadi ciri khas dari Nasi Punel adalah isinya. Ada nasi, serundeng, daging (atau bisa pilih lauk lain), menjeng (semacam olahan kedelai), sate kerang, tahu bumbu bali, nangka muda, dan sebungkus kuah kelapa manis).
Kuliner lain yang menjadi khas di Bangil adalah Sate Kerang dan Kupang. Kupang adalah salah satu jenis makanan dari biota laut yang disajikan dengan lontong dan bumbu petis. Kedua makanan ini merupakan produk laut dikarenakan asosiasi lokasi yang dekat dengan laut.
Nasi Punel Khas Bangil (Sumber: gotravelly.com)
Selain makanan, Bangil juga terkenal dengan sebutan "Bangkodir" atau Bangil Kota Bordir. Banyak terdapat industri bordir yang tersebar di kota ini, dari skala rumahan hingga industri besar. Tidak sedikit bordir-bordir yang diekspor ke luar negeri, seperti pakaian, tas, hingga sepatu. Harga yang dibandrol juga bermacam-macam dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung kualitas bahan dan motif bordiran yang diinginkan.
_________________________________________________________________________________
Aku dan adikku di teras rumah, belasa tahun lalu
Waktu berlalu.
Sekitar satu tahun setelah lulus, aku diterima bekerja di salah satu instansi di Ibukota. Hal ini tentu membuatku meninggalkan tanah rantau kedua (yang pertama adalah Bangil) tempatku berkuliah dan belajar selama kurang-lebih lima tahun. Yang artinya, kini tempat rantauku adalah Jogja, dan bukan lagi Bangil, karena ia sudah menjadi tempat asal. Aku sering lupa, bahwa selama belasan kehidupanku jauh sebelum perkuliahan, ya kota ini -dengan segala isi dan ceritanya- yang membuatku bertumbuh, mengajarkan banyak hal, dan mencatat berbagai kejadian yang mengisi hari-hariku. Sekarang, aku tahu, bagaimana akan menceritakan daerah "asal" jika ada yang menanyakannya kembali kepadaku.
Selamat datang di Kota Bangil.
Bangil Kota Santri, Bangil Kota Bordir, Bangil Kota Sakera, dan,
Bangil, Kota Sejuta Cerita.



Jakarta, 27 April 2019

Wong mBangil



Referensi:
1. https://budayajawa.id/asal-usul-bangil-pasuruan/
2. https://www.pasuruankab.go.id/cerita-43-cerita-sakera.html

Berkumpul di Jannah