Sabtu, 20 Februari 2016

Baru Kemarin Sore

| Syudah terlalu lama aku meninggalkanmu, Nak... *bersihinsaranglabalaba* :3

Time flew so fast that we didn't realize...

Sadar ga sih, kalau waktu itu terasa cepat sekali berlalu?
Suatu kali, saya sedang berbincang dengan adik angkatan yang masih bau kencur, hehe. Masih muda banget kalau dibanding dengan saya. Dia masih angkatan tahun pertama di Geografi. Sedangkan saya? Ah sudahlah. :"
Kami ngobrol ngalor-ngidul, mulai perkuliahan, organisasi, sampai ke mimpi. Di tengah perbincangan, lalu dia nyeletuk, "Mbak, bentar lagi Mbak lulus ya." Glek. Pertanyaan yang cukup menohok bagi saya.

Mengapa kata 'lulus' ini sedemikian menghantui? Seakan baru pertama mendengar dan tidak ingin mendengarkannya lagi. Lulus adalah keniscayaan bagi seorang mahasiswa dimanapun ia berada. Ia adalah sesuatu yang pasti harus dikejar dan diselesaikan. Akan tetapi, tak perlu jua terus diperdengarkan ulang, bukan?

Rasanya, baru kemarin sore Ayah mengantarkan saya ke Jogja dengan menaiki mobil travel. Rasanya baru kemarin sore kami datang shubuh-shubuh di UGM tanpa ada kerabat satupun. Rasanya baru kemarin sore seorang malaikat bernama Pak Rohman menawari kami untuk mampir ke rumahnya sekedar bersiap-siap registrasi setelah lelah perjalanan seharian.

Rasanya baru kemarin sore saya mencari kos ditemani Tante Rini hingga saya hampir pingsan kelaparan. Rasanya baru kemarin sore saya diantar Ayah, Ibu, dan Adik saya ke kos baru dan berkenalan dengan para penghuninya disana. Rasanya baru kemarin sore saya dan Uni Ella, Uni Dina, Mbak Erlin, Mbak Adah, Ririn, Mba Usi, Mbak Neni, Mbak Fifi, Mbak Ufi, kami terbahak-bahak menonton reality show di ruang keluarga kosan kami. Rasanya baru kemarin kami foto studio bersama untuk mengantarkan salah satu diantara kami pulang ke tanah asalnya. Rasanya baru kemarin saya berpamitan dengan Bu Bodro dan Pak Ingin untuk berpindah ke tempat yang lebih baik untuk saya.

Rasanya baru kemarin sore saya mencari kosan baru diantar oleh Ima. Rasanya baru kemarin sore saya berkenalan dengan Bu Tuti dan Bapak lalu memutuskan untuk menetap disana. Rasanya baru kemarin sore saya diajak Ibu makan berdua di KaliMilk dan Nungong Jeumpa. Rasanya baru kemarin sore saya kenalan sama Mbak Tia dan Mbak Tari yang baik. Rasanya baru kemarin sore Pak Jo membetulkan lampu depan kamar saya. Rasanya baru kemarin sore abu Gunung Kelud berhasil memutihkan kamar saya dan Mbak Tia hingga kami mengalami petualangan yang menghebohkan. Rasanya baru kemarin sore saya kekunci di kosan sendiri hingga jam dua pagi. Rasanya baru kemarin sore saya serasa memiliki istana ketika Ibu dan Bapak pergi ke Jakarta. Rasanya baru kemarin sore ketika saya kembali harus memutuskan untuk berpindah ke tempat yang lebih baik untuk saya.

Rasanya baru kemarin sore saya wawancara dengan Umi di ruangan yang sekarang kami sebut RBU itu. Rasanya baru kemarin sore akhirnya Ayah dan Ibu memberikan restu untuk saya kembali berpindah. Rasanya baru kemarin sore saya dibantu Ima mengangkut berdus-dus barang dan kembali menatanya di ruang baru. Rasanya baru kemarin sore saya berkenalan dengan Ammah Ela dan Ammah Firda yang menyambut saya pertama kali. Rasanya baru kemarin sore kami berempat, santri 'baru', berkenalan di depan puluhan santri lainnya di class meetingRasanya baru kemarin sore saya 'berkenalan' dengan para asatidz; Ustadz Deden, Ummi Isma, Ustadz Ahmad Dahlan, Ustadz Sunono, Ustadz Talqis, Ustadz Tulus, Ustadz Syafi'i, Ustadz Darlin, Ummi Widi, Ummi Habibah. Rasanya baru kemarin sore saya sekamar dengan Vio. Rasanya baru kemarin sore saya lalu pindahan kamar dan sekarang berdua dengan Mbak Awi. Rasanya baru kemarin sore saya dan Nana mengejar-ngejar kereta dengan kecepatan gilaRasanya baru kemarin sore kami rihlah naik bis ke luar kota. Rasanya baru kemarin sore saya tertidur dan bolos kelas. Rasanya baru kemarin sore saya merasa sangat lelah dan jenuh menjalani semua rutinitas. Rasanya baru kemarin sore pula saya sangat bersyukur bisa 'terjerembab' di tempat ajaib ini.

Rasanya baru kemarin sore...

Memori tiga setengah tahun itu kembali berputaran. 
Menari-nari lincah di dalam kepala yang penuh pikiran berjejalan.
Saya kembali merunut semua yang telah saya lalui, yang saya alami, yang saya rasakan.

Dan sekarang saya berada disini, sedang menuliskan ini.

Ah, waktu begitu cepat berlalu.
Begitu saja kita melalui banyak tempat, menemui banyak orang, melakukan banyak hal.
Tapi, apakah sudah cukup yang kita lalui? Apakah sudah cukup yang kita temui? Apakah sudah cukup yang kita lakukan?

Demi Masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman, dan mengerjakan amal shalih, dan nasihat-menasihati dalam kebaikan dan kesabaran. [QS. Al-'Ashr: 1-3]

Semoga kita termasuk orang-orang yang tidak merugi.



Muzdalifah 8,
Yogyakarta, 20 Februari 2016 09:09 AM


Andika Putri Firdausy
a.k.a Putri Pejuang

Berkumpul di Jannah