Sabtu, 05 Desember 2015

Sang Pemimpi

Saya ini pemimpi. 
Bukan. Bukan pemimpi hasil bunga tidur lho ya. Ya, meski salah satu hal yang paling sulit saya hindari adalah tidur. Tapi, saya memang seorang pemimpi. Pemimpi sejati. Tapi sayangnya terkadang mimpi itu melenakan, ya? Saya sering mendengar orang berkata berbagai pendapat tentang mimpi. Mimpi yang harus tinggi, ditulis, kalau perlu dirinci secara visioner supaya jtujua hidup kita jelas. Well, itu benar sekali. Tapi, kalau cuma nulis ‘aja’, kadang kekuatan mimpi itu jadi kurang.

Saya ini pemimpi. 
Bukan. Bukan mimpi yang ditulis besar-besar di depan pintu kamar supaya semua orang bisa melihat dan mendoakan. Tidak. Saya bukan tipe se’berani’ itu. Saya masih sering merasa kecil. Meski saya sendiri pernah bilang bahwa memang salah satu cara mengingat mimpi adalah menuliskannya. Bukan hanya mimpi bahkan, tetapi banyak hal, akan lebih mudah diingat jika pernah dituliskan. Tapi, beda dengan mimpi. Jika hanya ditulis, mimpi itu selamanya hanya akan menjadi mimpi. Tetap selalu menjadi mimpi.

Saya ini pemimpi. 
Bukan. Bukan pemimpi yang kemudian dengan beraninya meminta restu kepada orang-orang terdekat untuk mewujudkan. Saya bukan pemimpi yang berani mengambil langkah-langkah ‘gila’ untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya bukan pemimpi yang punya cukup keberanian untuk ‘mencuri’ ilmu dari para pengejar mimpi lainnya. Saya tidak seberani itu. Bahkan mungkin sampai sekarang.

Saya ini cuma pemimpi kecil, yang beraninya menulis mimpi di ingatan. Saya ini cuma pemimpi kecil, yang paling mentok nulis mimpi di buku harian yang disimpan rapat-rapat. Saya ini cuma pemimpi kecil, yang jangankan punya mimpi yang mustahil, mimpi saya itu lebih banyak hal ‘remeh-temeh’; tapi saya akui memang banyak. Saya tidak cukup berani untuk bermimpi memeluk bulan. Lha wong, saya ini cuma orang kecil.

Tapi, saya berharap itu tidak lagi terjadi.
Dunia ini terlalu luas sepertinya untuk ‘hanya’ menjadi seorang pemimpi kecil...

Saya punya banyak mimpi, banyak sekali. Dari hal sederhana yang mungkin orang pun enggan memimpikannya, hingga hal rumit yang bahkan orang tidak mungkin memikirkannya. Saya suka sekali bermimpi. Walaupun, mimpi itu beda tipis dengan khayalan. Dan berkhayal, itu bukanlah suatu nilai yang akan saya pegang. Tidak, bermimpi itu ternyata sangat berbeda jauh dengan berkhayal.


Khayalan akan membuat kita semakin nyenyak tertidur, sedangkan mimpi akan membuat kita henyak terbangun. 
Khayalan pula tidak akan membuat kita melangkah maju, tetapi mimpi tidak akan membuat kita berhenti.


Tertanda,
Sang Pemimpi(n) Sejati.

To be continue*

Berkumpul di Jannah