Minggu, 11 Januari 2015

PATAH

P.A.T.A.H

Patah. 
Sayap-sayap burung yang indah itu mulai patah. 
Ranting-ranting pohon yang kuat itu mulai patah. 
Semua menjadi basah. 
Seperti kertas yang tercelup dalam air. 
Basah, lalu entah berubah menjadi apa. 
Lembap, lalu sedikit demi sedikit terlepas. 
Tercerai-berai. 
Hancur berantakan.

Bukankah sudah sering kubilang, jangan pernah berharap pada sesosok makhluk. Apatah lagi manusia. Yang seringnya hanya bisa berdusta ketika berkata. Yang serinya hanya bisa ingkar ketika berjanji. Yang seringnya berkhianat jika dipercaya.

Bukankah sudah sering kukatakan, jangan pernah letakkan alasan pada sesuatu selainNya. Yang karena selainNya tidak akan pernah memberikan kepastian yang nyata. Yang karena selainNya tidak bisa mengerti kita seutuhnya.

Penciptaan manusia memang sangat rumit. Bukan bagi penciptanya, tetapi bagi yang diciptakan. Sungguh manusia telah sering melampaui batas-batas yang telah ditetapkan. Sungguh manusia telah sering melampaui batas-batas yang bisa disanggupi dirinya sendiri.

Terkadang kita tidak pernah tahu batasan diri kita sendiri, apalagi untuk memahami batasan orang lain. Maka akan lebih baik jika kita mampu memahami diri kita sendiri terlebih dahulu. Seutuhnya. Kemudian belajar memahami orang lain. Dan terakhir, baru meminta hak kita untuk dipahami oleh orang lain.

Rabbi, ighfirli, ya Allaah...


Selesai di tulis, Maguwo 11 Januari 2015 22:28

-Andika Putri Firdausy

Berkumpul di Jannah