"Tidak baik menumpuk kenangan," bisikmu kala
itu.
"Kenapa?" Aku, dengan wajah penasaran, tentu
saja ingin tau alasanmu. Bukankah selama ini kita mencipta banyak sekali
kenangan?
"Karena hati manusia tidak seluas itu, sebenarnya.
Ada kalanya, kita perlu menyingkirkan yang telah usang, dan menggantinya dengan
yang baru", ucapmu tanpa ragu.
"Jahat sekali..." jawabku mengambang, sambil tak mengerti apa
yang ada di pikiranmu.
"Bukan begitu. Tapi manusia memang berbatas bukan?
Ada saatnya, dimana kita harus melangkah maju dengan tanpa ragu. Termasuk, jika
harus memilah dan memilih mana hal-hal yang akan kita bawa terus berjalan, atau
terpaksa kita singkirkan di tengah jalan".
"Apapun itu?"
"Iya, apapun.
Dan siapapun"
Kau menjawab dengan mudahnya, seakan tanpa beban.
Sedangkan aku, waktu itu, masih dipenuhi banyak pertanyaan. Manusia sepertiku,
yang terlalu banyak memupuk kenangan, yang terlalu banyak menyimpan harapan,
sepertinya terlalu sulit untuk harus mengikhlaskan semua kenang.
Tapi, hari ini aku sadar. Perkataanmu, dulu, ada benarnya
juga. Bukan, maksudku, benar sekali.
Ada kalanya, aku memang harus melepaskan sesuatu yang telah lama pergi,
yang selama ini kubuat-buat saja seakan masih disisi. Aku harus terus hidup,
dan belajar menerima keadaan. Bahwa yang ada di belakang hanyalah pelajaran,
agar ke depan, aku bisa berjalan dengan tenang, memperbaiki yang akan datang.
Terima kasih atas nasihatmu kala itu. Kini
kumasukkan namamu dengan baik dalam sekotak kardus yang akan kutinggalkan.
Katamu, apapun dan siapapun, kan?
*ditulis ketika lagi milih baju, pindahan meninggalkan Jogja huhu, dan menemukan baju sejak SD waktu lomba tk prov hahaha. Dasar manusia baper. Ayo berubah!!! >.<
(masih di) Yogyakarta,
17 Januari 2018 11:40
Andika Putri Firdausy
iya ya aku bagian dari orang-orang yang memupuk kenangan, paling berat memilah-milah mana yang harus disimpen mana yang harus ditutup *kok curcol wkwk nice words siss
BalasHapus