Di malam yang dingin dan sesunyi ini, menarik kembali selimut tentu sangat menyenangkan. Bebas dari hawa dingin dan nyamuk ganas ~
"Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk sholat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, ..."
Bentar deh.. Lima menit lagi...
"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. ..."
Eh?
=====
Surat Muzzammil ini, sungguh mencabik-cabik perasaan kita. Bagaimana bisa kita terlalu sibuk dengan dunia di siang hari, lalu di malamnya pun tak kita sempatkan waktu untuk menuntaskan rindu dengan Sang Pencipta?
Sering, kita sudah diberikan tanda untuk terbangun di malam hari. Sayangnya, sinyal-sinyal itu sering kita abaikan. Menarik lagi selimut adalah hal yang nikmat dan tak pernah ragu kita lakukan. Alarm yang sudah meraung-raung pun kita matikan cuma-cuma. Tunda lagi, tunda lagi. Sampai adzan menyahut-nyahut, baru kita terkaget-kaget. Atau, malah masih asik berselimut?
Padahal, sudah jelas bahwa Allah sudah memilih kita untuk menjadi satu dari sekian yang 'dipanggil'. Kadang, melalui hawa dingin yang tetiba menyeruak dan membuat kita terbangun menggigil. Kadang, melalui nyamuk ganas yang menggigit tanpa ampun hingga kita terbangun gatal-gatal. Kadang, melalui alarm yang meraung-raung, suara tetangga yang berisik, selimut yang terjatuh, keinginan untuk berhajat ke kamar mandi, atau hal-hal kecil lainnya yang mungkin tidak kita sadari bahwa itu adalah tanda.
Tanda, bahwa Allah sedang merindukan hambaNya.
Lalu, apakah kita menyambut panggilan rindu itu? Atau hanya sebatas lalu saja? Bukankah, di setiap sepertiga malam itu, adalah waktu terbaik kita bertemu denganNya? Seberat itukah menuntaskan rindu dengan Sang Pencipta? Seberat itukah kita tundukkan diri sejenak melalui Qiyamul Lail dibandingkan apa yang telah Allah berikan kepada kita? Apa kita tidak rindu? Apa kita tidak ingin membalas rindu itu?
=====
Ah iya, tentang rindu.
Barangkali rindu itu berat. Eh, emang berat sih ya. Tapi, bukankah kita tetap senang merindu? Bukankah kita menikmati setiap saat kerinduan sampai kita menyapa temu? Bukankah, kita akan melakukan dan memperjuangkan apapun untuk mempersiapkan pertemuan itu sebaik mungkin? Baik dengannya, apalagi denganNya, bukan? Baik dengan ciptaanNya, apatah lagi dengan Penciptanya, kan?
=====
Kalau sholat malam dan rindu sama-sama berat, barangkali kolaborasi keduanya akan saling meringankan? Semoga keduanya berujung pertemuan membahagiakan. Mari kita buktikan. ❤
Jakarta, 10 Desember 2018
Di ujung pagi, diantara nyamuk ganas, dan berisik musik tetangga. It's okay, mari menuntaskan rindu, juga untuk mempersiapkan temu :3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar