...
Continued...
Tengah malam mulai menyapa dan bandara sudah hampir tutup. Sedangkan kami dengan santainya berjalan. Haha, berasa artis yang sedang ditunggu penggemar, tapi bedanya ini ditunggu petugas imigrasi, greget! Karena kami membawa sejumlah barang yang butuh diperiksa, akhirnya kami berbelok terlebih dahulu. Yap, barang-barang hasil panen seperti sayur, beras, dan lain-lain harus diperiksa terlebih dahulu oleh petugas, karena di Jepang mereka sangat menghargai hasil panen petani.
Setelah diperiksa, kami bergegas ke tempat pemeriksaan selanjutnya: pemeriksaan dokumen. Satu per satu kami menghadap petugas. Pertanyaan yang diajukan seperti: berapa lama akan tinggal di Jepang, untuk keperluan apa, dan sebagainya. Petugas yang ada tinggal tiga karena sudah jam pulang, sehingga kami mengantri. Kerja mereka sungguh sangat efisien, cepat, namun tetap ramah. Jempol empat!
Setelah selesai, kami berlima melangkah keluar dengan tiga troli penuh barang-barang. Dan, yey,
Welcome to Kansai!
Kemudian kami berkeliling, mencari tempat yang nyaman sebelum perjalanan panjang selanjutnya. Bandara yang sudah senyap membuat kami bebas memilih tempat. Akhirnya bagian paling utara bandara menjadi pilihan kami, lalu menggelar
lapak. Benar-benar seperti milik sendiri. Sementara menata barang dan membersihkan diri, kami berkeliling sejenak. Karena jumlah kami ada lima, maka jadwal jalan-jalannya juga dibagi menjadi dua kloter: tiga orang dan dua orang.
Pagi menjelang. Karena udara cukup dingin dan memang sudah waktunya makan, akhirnya kami mengeluarkan seperangkat alat masak.
As you know, selain kami membawa beras 5kg, masing-masing kami membawa 5 bungkus mi instan dan 5 bungkus mi instan cup. Kami juga membawa dua buah
heater, dua kotak sosis, abon plastik per orang, dan entah apa lagi. Saya sendiri juga membawa lima batang coklat! Cukup menguras kantong siih, tapi lumayan untuk jaga-jaga ketika hawa dingin menyerang. Stok yang cukup lumayan menghemat biaya kami sebagai
pelancong mahasiswa. Entah dapat disebut
backpacker atau tidak, tapi kami menikmatinya.
Makanan pertama adalah popmie. Kami mengambil air dari
drinking water yang ada di bandara. Bentuknya dari kran air, tapi bisa langsung diminum, mungkin semacam
pureit disini. Kemudian berbekal colokan tranferan yang bisa digunakan untuk berbagai model colokan, kami memasak air dengan dua
heater sekaligus. Dan alhamdulillah, breakfast is served! Dan kami harus cepat-cepat menghabiskannya. Jika tidak, maka hawa dingin akan merenggut kehangatan minya, mhihihi.