Tulus, masih adakah?
Karena di balik setiap pergerakan selalu tersirat bercak-bercak perpolitikan.
Demokrasi memang tidak baik dan tidak sesuai syariat. Tetapi bukankah Rasulullah mengajarkan tentang bermusyawarah? Dan bukan mengambil keputusan sepihak? Hey bung, bangunlah kau!
#sigh. Sepertinya membutuhkan tarikan nafas yang cukup
panjang sebelum memulai pembicaraan tentang semua ini. Baiklah. Bismillah,
semoga Allah senantiasa meluruskan niat kita.
Ehm, baru beberapa bulan memasuki dunia kampus yang nampaknya
tenang, ternyata benar-benar menghanyutkan! Entahlah. Terkadang banyak hal yang
kita tidak tahu dimana letak kebenaran sejatinya. Atau bahkan patut dipertanyakan,
masih adakah kebenaran sejati? Hidup memang begitu, penuh dengan tipu daya. Bahkan
jaman sekarang tipu daya manusia sanggup mengalahkan tipu
daya iblis! Astaghfirullah. Cukuplah Allah sebagai penolong.
Kembali lagi. Malam ini tiba-tiba tubuhku bergejolak. Bukan,
aku tidak sedang sakit ataupun tidak enak badan. Hanya saja pikiranku melayang
entah kemana. UAS yang tersisa dua hari lagi, tugas dikejar deadline, pulang kampung,
semua itu membuatku tiba-tiba menjadi sedikit linglung. Malam ini aku
tidak berada di tempatku. Meski jasadku masih setia berpijak di atas
bumi ini, tapi nyawaku beterbangan entah kemana. Ditambah beberapa informasi yang
semakin membingungkan dan mungkin menggoyahkan keyakinanku.
Politik. Ada yang bilang politik itu bagai rokok yang lebih
baik tidak didekati. Ada juga yang bilang politik itu memang cenderung kurang baik, tetapi apabila kita tidak berpolitik
maka kitalah yang akan dipolitisasi. Ada lagi yang bilang bahwa hidup tanpa
politik itu bagai sayur tanpa garam, hampa! Lalu, bagian mana yang harus kita
ambil? Bukankah ambil yang baik dan tinggalkan yang tidak? Tapi apakah kita tahu
mana yg benar-benar baik dan mana yang tidak? No one knows!
Pada jaman sekarang, bahkan orang yang bisa dibilang paling
sucipun masih tersirat dengan desas-desus politik. Ada saja yang memunculkan
isu. Entah itu nyata atau tidak, tidak ada yang benar-benar tahu. Terkadang
dibalik suatu amanah, tersimpan
sejuta rahasia. Tidak bermaksud su’udzon,
hanya saja dunia saat ini sangat tidak mudah untuk ditebak. Tidak akan ada yang
tahu apa yang terjadi tahun depan, besok, atau bahkan detik berikutnya.
Mungkin diantara ketiga perbedaan pandangan tentang politik,
aku sendiri lebih cenderung kepada yang kedua. Bahwa ketika kita tidak belajar tentang
itu (politik), maka kita yang akan ikut arus, terpolitisasi! Hanya saja yang menjadi
pertanyaanku sekarang, apakah sekarang sudah tidak ada lagi orang yg tulus , benar-benar tulus ketika dia mendapatkan atau meminta sebuah amanah? Apakah tidak ada
yang benar-benar ikhlas berkontribusi tanpa pamrih? Mungkin dirinya sendiri
atau kita sendiri juga tidak tahu apakah kita benar-benar tulus atau tidak,
tetapi setidaknya kita harus mengerti bahwa hidup itu tidak dapat berjalan
sendiri tanpa adanya orang lain, kita butuh mereka, kita butuh orang lain.
Kemudian yang menjadi permasalahan
adalah masuknya anggota satu golongan ke golongan lain dengan membawa misi
tersendiri dari golongan asalnya. Sejujurnya, terkadang aku masih tidak mengerti,
bingung, apakah ini salah atau tidak. Tetapi kembali lagi, ketika kita telah
‘bermain-main’ dengan politik maka semua itu tidak akan menjadi masalah. Ada
beberapa alasan sih.. Tetapi ketika alasannya adalah untuk kemaslahatan umat
dan misi yang diemban sama, menurutku itu tidak akan menjadi masalah. Mungkin aku
memang belum terlalu mengerti tentang seluk-beluk hal seperti ini dalam
perspektif islam atau yang lain, tetapi bukankah islam itu selalu manusiawi, dan ketika
dipandang secara manusiawi, musyawarah
adalah jalan yang terbaik.
Sebenarnya ini tidak hanya menyangkut tentang satu permasalahan
saja. Tetapi kemudian permasalahan-permasalahan yang ada masuk tanpa tersaring
ke dalam otakku. Serasa diaduk dengan blender sampai lembut seperti adonan kue.
Dipanaskan , mengembang, dan karena terlalu lama akhirnya gosong dan, meledak!
Dhemb! *apasi -_-
Hahaha saking bingungnya jadi ngaco. :D
Sudahlah, lupakan!
Intinya sih cuma satu,
hanya ingin sedikit berbagi, bahwa Rasulullah selalu mengajarkan kita untuk bermusyawarah, tidak melalui keputusan
sepihak, itu saja. *Bahkan ketika Rasulullah bermimpi akan tanda-tanda kekalahan
di perang Uhud, beliau tetap meminta persetujuan kepada sahabat-sahabatnya
melalui musyawarah.
Semoga hal kecil ini masih tetap diingat oleh
‘petinggi-petinggi’ yang memang ilmunya sudah ‘tinggi’. Jazakumullah.
Selesai ditulis pasa 16 Januari 2012 pukul 20.44
*Dengan tangan terus menggaruk kepala, entah karena saking
gatalnya, atau saking panasnya~ :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar