Kejahatan terjadi bukan karena niat pelakunya, tetapi kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah ! (Bang Napi)
Di zaman yang katanya semakin modern dan canggih ini,
modus-modus kejahatan pun tak kalah canggih meski cara-cara lama belum
sepenuhnya ditinggalkan. Dari mulai mencopet, merampok, pembobolan atm, gendham, sampai modus-modus dengan
menggunakan media seperti penipuan-penipuan yang sering terjadi akibat sms atau
telepon dari orang yang tidak dikenal. Ada pula sindikat pelaku kejahatan yang telah
tersusun rapi sampai-sampai intelpun tak bisa melacak keberadaannya.
Terkadang heran juga melihat perkembangan kejahatan di
negeri ini yang bahkan mengalahkan perkembangan perekonomian (mungkin). Tapi
jikalau saya salah, toh jumlah kejahatan di negeri ini memang tidak dapat
diremehkan. Tidak hanya kejahatan yang menimbulkan kerugian material, tetapi
juga kejahatan kemanusiaan. Kalau saja sistem di negeri ini adalah
kekhilafahan, insyaAllah semua itu tidak akan ada lagi. Semoga secepatnya.
Kali ini saya akan membahas beberapa permasalahan yang terjadi di sekitar saya. Pencurian, modus-modus yang nyata terbukti penipuan maupun yang masih dugaan. Mohon maaf sebelumnya pada pihak-pihak terkait apabila ada yang tidak berkenan. Semoga dapat mengambil ibrohnya.
Kali ini saya akan membahas beberapa permasalahan yang terjadi di sekitar saya. Pencurian, modus-modus yang nyata terbukti penipuan maupun yang masih dugaan. Mohon maaf sebelumnya pada pihak-pihak terkait apabila ada yang tidak berkenan. Semoga dapat mengambil ibrohnya.
Kejadian pertama dialami oleh seorang aparat kepolisian.
Cerita ini saya peroleh dari salah seorang kerabat yang juga mendapatkan cerita
dari salah seorang temannya. Ceritanya begini. Sebutlah bapak itu bernama Pak Adi.
Saat itu beliau sedang keluar rumah dengan membawa mobil. Ketika mobil diparkir
dan ditinggal pergi, beberapa saat kemudian mobil tersebut hilang tanpa jejak. Hmm. Kemudian si bapak meminta tolong kepada rekan-rekannya, termasuk intel, untuk melacak keberadaan mobil tersebut. Dan ternyata si bapak juga memiliki kawan seorang oknum yang masuk dalam sindikat pencurian kendaraan bermotor. Akhirnya si bapak meminta tolong kepada temannya itu yang pada akhirnya mobil si bapak tersebut berhasil kembali pemiliknya dan tentu saja bersyarat (25juta maaan!). Yah, that's just the fact. Meski si bapak adalah aparat kepolisian dengan rekan-rekan dan (mungkin) peralatan yang cukup, namanya kejahatan tetaplah kejahatan, semua orang bisa ditimpanya.
Cerita kedua merupakan cerita yang saya rasa sering ada di sekitar kita. Telepon atau mungkin handphone menjadi sau alat komunikasi yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari manusia zaman ini. Begitu mudah kita menjalin komunikasi dan mengakses informasi dari sebuah alat saja. Namun terkadang kemudahan-kemudahan tersebut membuat kita menyalahgunakannya untuk hal-hal yang tidak seharusnya. Kejahatan melalui telepon atau sms dari orang yang tidak dikenal sudah sangat banyak. Dari dulu yang awalnya mendapat sms seolah dari kerabat yang meminta pulsa dari nominal yang kecil sampai nominal yang cukup besar, sampai pada telepon orang asing yang mengabarkan keadaan yang dapat membuat panik si penerima telepon hingga mau mentransfer sejumlah uang kepada si penelepon. Hal ini tentu sangat familiar di sekitar kita. Salah satu contohnya terjadi pada kawan saya di kampus.
Ada beberapa kawan yang berwirausaha dengan berjualan pulsa. Dari beberapa orang tersebut hampir semuanya mendapat pesan yang juga hampir sama, berisi meminta kiriman sejumlah pulsa kepada sebuah (bahkan beberapa) nomor tertentu dengan menggunakan salah satu nama kawan lainnya. Pada akhirnya, beberapa teman yang sudah mengirimkan pulsa kepada nomor-nomor yang ada harus ikhlas merelakan jatah uang sakunya, ck. Dan masih banyak cerita yang lainnya seperti salah seorang tetangga saya yang mendapat telepon bahwa suaminya terjerat sebuah kasus dan sang istri diminta mngirimkan sejumlah uang saat itu juga. Yang pasti, semua kejahatan sudah tersusun secara rapih yang lebih sering membuat si penerima telepon panik hingga tidak sadar mengirimkan sejumlah uang kepada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Cerita selanjutnya lebih tradisional, tanpa menggunakan alat-alat tertentu: gendham. Salah satu yang saya tahu yaitu gendham ini. Yaitu perampokan yang lebih halus, seperti hipnotis yang hanya menepuk pundak seseorang lalu orang tersebut akan menyerahkan semua hartanya kepada pelaku. Ada adegan lucu pada salah satu video di Malam Minggu Miko (Hipnotis Vania), berikut saya sertakan linknya: http://www.youtube.com/watch?v=Y9TpmrIHJS4
Bagian menariknya ada disini !
Cerita terakhir adalah yang paling menarik karena kejadiannya terjadi pada diri saya sendiri: saya (hampir) diculik! Hari itu hari Jumat, 22 Februari 2013. Setelah ada rapat, saya pulang dari kampus sekitar pukul 13.20 dengan perut yang sangat keroncongan, berharap segera tiba di kosan kemudian makan dan beristirahat dengan tenang. Tetapi ternyata tidak begitu. Ketika saya baru sampai di depan fakultas hendak menyeberang jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil sejenis avanza berwarna hitam merapat ke pinggir jalan ke arah saya. Lalu, kaca mobil tersebut terbuka, muncullah wajah seorang ibu-ibu (seingat saya berkerudung hitam) dari balik kaca mobil, lalu dengan nada panik bertanya kepada saya: 'Mbak, mahasiswa sini? Tahu fakultas kedokteran? saya dari tadi nyari muter-muter ga nemu-nemu'. Kata si ibu tanpa koma, saya hanya manggut-manggut sambil berkata 'Iya, bu'. Inti dari pembicaraan kami waktu itu adalah si ibu telah berputar dua kali mengelilingi UGM (katanya) dan sedari tadi belum juga menemukan dimana Fakultas Kedokteran berada. Si ibu bertanya kepada saya dimana FK berada dan saya menjelaskannya semudah mungkin. Kami sempat sedikit eyel-eyelan, yang saya ngotot mau mengantar tetapi dengan berjalan kaki saja tetapi si ibu meminta saya menaiki mobilnya saja. Sampai pada akhirnya si ibu bilang, 'Oh, mbak takut sama saya ya?' Dan pada akhirnya, karena saya juga merasa tidak enak karena membuat si ibu berpikir begitu, akhirnya saya mau mengantarkan ibu itu dengan menaiki mobilnya.
Kami berangkat ke Fakultas Kedokteran lewat jalur utara, melewati perempatan jakal kemudian berbelok ke kiri di depan bunderan S2. Di sepanjang jalan kami (lebih banyak ibu itu sih) mengobrol. Si ibu mengatakan dan meminta maaf pada awalnya yang intinya sedikit tersinggung kenapa saya awalnya tidak mau menaiki mobilnya. Dia bilang dia tidak akan mencuik saya, berkata bahwa dia wanita berjilbab yang tidak mungkin melakukan itu, katanya, kalau yang menawarkan atau meminta tolong seperti itu adalah seorang lelaki maka pantaslah saya merasa takut dan was-was. Saya sendiri merasa semakin tidak enak, tapi toh itu hanya bentuk kehati-hatian di zaman seperti ini.
Kemudian kami mengobrol. Si ibu bercerita bahwa di berasal dari jakarta, Universitas kuning yang ingin bertemu dengan salah seorang dokter di FK UGM. Si ibu sempat sedikit mengeluhkan betapa ribetnya jalan di sekitar UGM yang masuk sana keluar sini, masuk sini keluar sana, entahlah, yang pasti si ibu bercerita kesana-kemari dan saya hanya manggut-manggut dan sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan. Si ibu juga sempat mengajak saya berkenalan, bercerita tentang kedokteran yang saya sendiri tidak tahu (karena saya kan dokter bumi *eh), bahkan seingat saya juga menceritakan bahwa si ibu baru saja hendak mengambil uang di ATM BNI dekat pom bensin Sagan (saya sendiri tidak tahu disitu ada ATM BNI atau tidak) dan katanya kartu ATMnya ditelan mesin. Sekali lagi, saya hanya manggut-manggut sambil tetap was-was.
Sampai akhirnya kami hampir sampai di FK, si ibu menerima sebuah telepon. Saya sendiri sudah lupa waktu itu HPnya berdering atau tidak, yang pasti si ibu segera meletakkan Blackberrynya ke telinga dan memulai percakapan dengan seseorang di seberang. Setelah menelepon, si ibu dengan panik bercerita (lagi) kepada saya bahwa katanya dokter yang ingin ditemui ternyata sudah pergi ke tempat lain. Si ibu kemudian nampak kebingungan dan bertanya kepada saya: aduh, gimana ini mbak bla bla bla. Saya sendiri merasa semakin curiga gimanaa gitu tapi juga sedikit kasihan. Tapi di sisi lain kami sudah hampir sampai dan FK sudah terlihat. Lalu saya berkata pada si ibu bahwa kami telah sampai di FK, dan ternyata si ibu bilang: Percuma mbak, dokter fadli (seingat saya) sudah ga ada disini. Saya antar mbak ke tempat yang tadi aja. Lewat mana ini mbak?
Dan begitulah. Tetapi cerita belum berakhir sampai disitu.
Saya mengarahkan si ibu agar melewati jalan FKG saja karena saya berpikir jalannya akan lebih enak dan mudah untuk mobil yang supirnya tidak mengetahui jalan. Sepanjang jalan si ibu dengan ekspresi panik kembali bercerita, sampai akhirnya saya tahu bahwa memang bahan bakar di mobil itu tinggal sedikit lagi, sudah hampir mencapai garis merah. Lalu si ibu bercerita kembali kepada saya tentang kartu ATM yang termakan mesin tadi sambil menanyakan kepada saya apakah saya juga menggunakan ATM tersebut. Lalu saya jawab 'tidak'. Waktu itu saya mulai ingin segera pergi dari kehidupan si ibu *(halah) dan mengakhiri semua ini. Mungkin memang tidak boleh su'udzon, tapi semua ini sudah terlampau jauh. Akhirnya sampai di depan FKG saya meminta turun saja di ujung jalan, biarlah jalan kaki daripada semakin lama 'terjebak' disini. Setelah saya mengatakan maksud saya kepada si ibu, si ibu tampak makin panik. Si ibu bilang bahwa bensinnya habislah apalah, rasanya waktu itu saya sudah tidak dapat mencerna kata-kata apapun yang keluar dari mulut si ibu. yang saya tahu saya harus segera keluar dari sini, pulang, dan maka!. Akhirnya mobil berhenti juga, si ibu sempat meminta tolong saya untuk meminjamkan uang kepadanya untuk membeli bensin tetapi saya ingat lah wong tadi si ibu sempat bilang punya teman disini kok, selain itu saya juga sudah terlanjur curiga gimanaa gitu, akhirnya dengan singkat lagi saya jawab tidak ada. Dan akhirnya, saya turun juga dari mobil itu. Si ibu mengucapkan maaf dan terima kasih, begitu juga saya. Ah, akhirnya bebas juga!
Saya sempat penasaran dengn mobil yang digunakan (kali aja bisa ketemu lagi :p), tapi saya juga sungkan mau menoleh. Akhirnya saya mencoba berjalan sebentar agar tidak terlihat saya mencurigainya, dan kemudian ketika mobil itu akan berputar balik saya dapat melihat platnya: Avanza Hitam B **** CI :D
Setelah merasa terbebas dari si ibu, saya sadar bahwa saya salah turun! Ini jauh banget dari fakultas yang dengan jam-jam seperti itu dan kondisi perut seperti itu sudah cukup jauh. Aaaaa, tidak ada pilihan lain, keep moving forward! Dengan perut terus dangdutan, jalan yang menanjak, dan terik matahari yang bisa membuat cucian segera kering, saya harus cepat sampai kosan! Dengan sesekali menoleh, mencba mencari wajah yang saya kenal, barangkali saya mendapat tebengan, tetapi ternyata tidak ada. Dan setelah menempuh perjalanan yang cukup mengesankan, akhirnya saya sampai di kosan tercinta dan bisa makaaan !
Kemudian saya menceritakan kepada beberapa orang, dengan menggebu-gebu tentu saja. Sedikit kesal karena membuat diri saya terdzolimi dengan berjalan sejauh (kurang lebih 1km) itu dengan perut keroncongan. Tapi mau bagaimana lagi, ambil saja ibrohnya yaa :D Beberapa komnetar malah menertawakan, ada juga yang mengasihani dan berkata: pukpukpuk -,- Tetapi saya sempat menahan untuk bercerita ke orangtua takutnya mereka khawatir. Tapi pada akhirnya saya cerita juga. Dan, saya malah disemprot :D hehee. Kata ibu saya 'Sampean iki terlalu polos apa ya apa se nduk?' hehehe, mungkin memang begitu buk :D maaaap membuat khawatir ^^v
The last,
Apapun yang terjadi pada diri kita sudah ditentukan oleh Allah, tetap berhati-hati dalam keadaan apapun, tetapi bukan berarti su'udzon. Berperilaku dan bergaya hidup biasa saja, tidak usah berlebihan sehingga mebuat orang yang berniat baik menjadi berniat tidak baik. Demikian, semoga Allah selalu melindungi kita dari apapun yang kurang baik, dan semoga dapat mengambil ibrohnya. :)
*PS: Untukorang-orang yang ada dalam cerita, saya mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat.
Cerita kedua merupakan cerita yang saya rasa sering ada di sekitar kita. Telepon atau mungkin handphone menjadi sau alat komunikasi yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari manusia zaman ini. Begitu mudah kita menjalin komunikasi dan mengakses informasi dari sebuah alat saja. Namun terkadang kemudahan-kemudahan tersebut membuat kita menyalahgunakannya untuk hal-hal yang tidak seharusnya. Kejahatan melalui telepon atau sms dari orang yang tidak dikenal sudah sangat banyak. Dari dulu yang awalnya mendapat sms seolah dari kerabat yang meminta pulsa dari nominal yang kecil sampai nominal yang cukup besar, sampai pada telepon orang asing yang mengabarkan keadaan yang dapat membuat panik si penerima telepon hingga mau mentransfer sejumlah uang kepada si penelepon. Hal ini tentu sangat familiar di sekitar kita. Salah satu contohnya terjadi pada kawan saya di kampus.
Ada beberapa kawan yang berwirausaha dengan berjualan pulsa. Dari beberapa orang tersebut hampir semuanya mendapat pesan yang juga hampir sama, berisi meminta kiriman sejumlah pulsa kepada sebuah (bahkan beberapa) nomor tertentu dengan menggunakan salah satu nama kawan lainnya. Pada akhirnya, beberapa teman yang sudah mengirimkan pulsa kepada nomor-nomor yang ada harus ikhlas merelakan jatah uang sakunya, ck. Dan masih banyak cerita yang lainnya seperti salah seorang tetangga saya yang mendapat telepon bahwa suaminya terjerat sebuah kasus dan sang istri diminta mngirimkan sejumlah uang saat itu juga. Yang pasti, semua kejahatan sudah tersusun secara rapih yang lebih sering membuat si penerima telepon panik hingga tidak sadar mengirimkan sejumlah uang kepada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.
Cerita selanjutnya lebih tradisional, tanpa menggunakan alat-alat tertentu: gendham. Salah satu yang saya tahu yaitu gendham ini. Yaitu perampokan yang lebih halus, seperti hipnotis yang hanya menepuk pundak seseorang lalu orang tersebut akan menyerahkan semua hartanya kepada pelaku. Ada adegan lucu pada salah satu video di Malam Minggu Miko (Hipnotis Vania), berikut saya sertakan linknya: http://www.youtube.com/watch?v=Y9TpmrIHJS4
Bagian menariknya ada disini !
Cerita terakhir adalah yang paling menarik karena kejadiannya terjadi pada diri saya sendiri: saya (hampir) diculik! Hari itu hari Jumat, 22 Februari 2013. Setelah ada rapat, saya pulang dari kampus sekitar pukul 13.20 dengan perut yang sangat keroncongan, berharap segera tiba di kosan kemudian makan dan beristirahat dengan tenang. Tetapi ternyata tidak begitu. Ketika saya baru sampai di depan fakultas hendak menyeberang jalan, tiba-tiba ada sebuah mobil sejenis avanza berwarna hitam merapat ke pinggir jalan ke arah saya. Lalu, kaca mobil tersebut terbuka, muncullah wajah seorang ibu-ibu (seingat saya berkerudung hitam) dari balik kaca mobil, lalu dengan nada panik bertanya kepada saya: 'Mbak, mahasiswa sini? Tahu fakultas kedokteran? saya dari tadi nyari muter-muter ga nemu-nemu'. Kata si ibu tanpa koma, saya hanya manggut-manggut sambil berkata 'Iya, bu'. Inti dari pembicaraan kami waktu itu adalah si ibu telah berputar dua kali mengelilingi UGM (katanya) dan sedari tadi belum juga menemukan dimana Fakultas Kedokteran berada. Si ibu bertanya kepada saya dimana FK berada dan saya menjelaskannya semudah mungkin. Kami sempat sedikit eyel-eyelan, yang saya ngotot mau mengantar tetapi dengan berjalan kaki saja tetapi si ibu meminta saya menaiki mobilnya saja. Sampai pada akhirnya si ibu bilang, 'Oh, mbak takut sama saya ya?' Dan pada akhirnya, karena saya juga merasa tidak enak karena membuat si ibu berpikir begitu, akhirnya saya mau mengantarkan ibu itu dengan menaiki mobilnya.
Kami berangkat ke Fakultas Kedokteran lewat jalur utara, melewati perempatan jakal kemudian berbelok ke kiri di depan bunderan S2. Di sepanjang jalan kami (lebih banyak ibu itu sih) mengobrol. Si ibu mengatakan dan meminta maaf pada awalnya yang intinya sedikit tersinggung kenapa saya awalnya tidak mau menaiki mobilnya. Dia bilang dia tidak akan mencuik saya, berkata bahwa dia wanita berjilbab yang tidak mungkin melakukan itu, katanya, kalau yang menawarkan atau meminta tolong seperti itu adalah seorang lelaki maka pantaslah saya merasa takut dan was-was. Saya sendiri merasa semakin tidak enak, tapi toh itu hanya bentuk kehati-hatian di zaman seperti ini.
Kemudian kami mengobrol. Si ibu bercerita bahwa di berasal dari jakarta, Universitas kuning yang ingin bertemu dengan salah seorang dokter di FK UGM. Si ibu sempat sedikit mengeluhkan betapa ribetnya jalan di sekitar UGM yang masuk sana keluar sini, masuk sini keluar sana, entahlah, yang pasti si ibu bercerita kesana-kemari dan saya hanya manggut-manggut dan sesekali menjawab pertanyaan yang diajukan. Si ibu juga sempat mengajak saya berkenalan, bercerita tentang kedokteran yang saya sendiri tidak tahu (karena saya kan dokter bumi *eh), bahkan seingat saya juga menceritakan bahwa si ibu baru saja hendak mengambil uang di ATM BNI dekat pom bensin Sagan (saya sendiri tidak tahu disitu ada ATM BNI atau tidak) dan katanya kartu ATMnya ditelan mesin. Sekali lagi, saya hanya manggut-manggut sambil tetap was-was.
Sampai akhirnya kami hampir sampai di FK, si ibu menerima sebuah telepon. Saya sendiri sudah lupa waktu itu HPnya berdering atau tidak, yang pasti si ibu segera meletakkan Blackberrynya ke telinga dan memulai percakapan dengan seseorang di seberang. Setelah menelepon, si ibu dengan panik bercerita (lagi) kepada saya bahwa katanya dokter yang ingin ditemui ternyata sudah pergi ke tempat lain. Si ibu kemudian nampak kebingungan dan bertanya kepada saya: aduh, gimana ini mbak bla bla bla. Saya sendiri merasa semakin curiga gimanaa gitu tapi juga sedikit kasihan. Tapi di sisi lain kami sudah hampir sampai dan FK sudah terlihat. Lalu saya berkata pada si ibu bahwa kami telah sampai di FK, dan ternyata si ibu bilang: Percuma mbak, dokter fadli (seingat saya) sudah ga ada disini. Saya antar mbak ke tempat yang tadi aja. Lewat mana ini mbak?
Dan begitulah. Tetapi cerita belum berakhir sampai disitu.
Saya mengarahkan si ibu agar melewati jalan FKG saja karena saya berpikir jalannya akan lebih enak dan mudah untuk mobil yang supirnya tidak mengetahui jalan. Sepanjang jalan si ibu dengan ekspresi panik kembali bercerita, sampai akhirnya saya tahu bahwa memang bahan bakar di mobil itu tinggal sedikit lagi, sudah hampir mencapai garis merah. Lalu si ibu bercerita kembali kepada saya tentang kartu ATM yang termakan mesin tadi sambil menanyakan kepada saya apakah saya juga menggunakan ATM tersebut. Lalu saya jawab 'tidak'. Waktu itu saya mulai ingin segera pergi dari kehidupan si ibu *(halah) dan mengakhiri semua ini. Mungkin memang tidak boleh su'udzon, tapi semua ini sudah terlampau jauh. Akhirnya sampai di depan FKG saya meminta turun saja di ujung jalan, biarlah jalan kaki daripada semakin lama 'terjebak' disini. Setelah saya mengatakan maksud saya kepada si ibu, si ibu tampak makin panik. Si ibu bilang bahwa bensinnya habislah apalah, rasanya waktu itu saya sudah tidak dapat mencerna kata-kata apapun yang keluar dari mulut si ibu. yang saya tahu saya harus segera keluar dari sini, pulang, dan maka!. Akhirnya mobil berhenti juga, si ibu sempat meminta tolong saya untuk meminjamkan uang kepadanya untuk membeli bensin tetapi saya ingat lah wong tadi si ibu sempat bilang punya teman disini kok, selain itu saya juga sudah terlanjur curiga gimanaa gitu, akhirnya dengan singkat lagi saya jawab tidak ada. Dan akhirnya, saya turun juga dari mobil itu. Si ibu mengucapkan maaf dan terima kasih, begitu juga saya. Ah, akhirnya bebas juga!
Saya sempat penasaran dengn mobil yang digunakan (kali aja bisa ketemu lagi :p), tapi saya juga sungkan mau menoleh. Akhirnya saya mencoba berjalan sebentar agar tidak terlihat saya mencurigainya, dan kemudian ketika mobil itu akan berputar balik saya dapat melihat platnya: Avanza Hitam B **** CI :D
Setelah merasa terbebas dari si ibu, saya sadar bahwa saya salah turun! Ini jauh banget dari fakultas yang dengan jam-jam seperti itu dan kondisi perut seperti itu sudah cukup jauh. Aaaaa, tidak ada pilihan lain, keep moving forward! Dengan perut terus dangdutan, jalan yang menanjak, dan terik matahari yang bisa membuat cucian segera kering, saya harus cepat sampai kosan! Dengan sesekali menoleh, mencba mencari wajah yang saya kenal, barangkali saya mendapat tebengan, tetapi ternyata tidak ada. Dan setelah menempuh perjalanan yang cukup mengesankan, akhirnya saya sampai di kosan tercinta dan bisa makaaan !
Kemudian saya menceritakan kepada beberapa orang, dengan menggebu-gebu tentu saja. Sedikit kesal karena membuat diri saya terdzolimi dengan berjalan sejauh (kurang lebih 1km) itu dengan perut keroncongan. Tapi mau bagaimana lagi, ambil saja ibrohnya yaa :D Beberapa komnetar malah menertawakan, ada juga yang mengasihani dan berkata: pukpukpuk -,- Tetapi saya sempat menahan untuk bercerita ke orangtua takutnya mereka khawatir. Tapi pada akhirnya saya cerita juga. Dan, saya malah disemprot :D hehee. Kata ibu saya 'Sampean iki terlalu polos apa ya apa se nduk?' hehehe, mungkin memang begitu buk :D maaaap membuat khawatir ^^v
The last,
Apapun yang terjadi pada diri kita sudah ditentukan oleh Allah, tetap berhati-hati dalam keadaan apapun, tetapi bukan berarti su'udzon. Berperilaku dan bergaya hidup biasa saja, tidak usah berlebihan sehingga mebuat orang yang berniat baik menjadi berniat tidak baik. Demikian, semoga Allah selalu melindungi kita dari apapun yang kurang baik, dan semoga dapat mengambil ibrohnya. :)
*PS: Untukorang-orang yang ada dalam cerita, saya mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat.
Wah, ntar lagi ada film 'Menculik Andika' :D
BalasHapusIni lagi ada casting pemain, mau ikut ? -________-
Hapuswah dek...ckckck
BalasHapuskalo kejadian gitu lagi segera hub. mba ya..biar segera menyelamatkamu
#apadeh gaya banget :D
Aduh, ada mba nanik :3 #jadimalu
HapusSiaaap bu bos XP