Seperti air yang membawa kesegaran, seperti angin yang membawa kesejukan, dan seperti api yang membawa kehangatan.
Kamis, 27 Desember 2012
This feeling are so complicated!
Just another story of me...
-->
Mungkin ini bukan hal yang baru bagi sebagian orang, tapi...
Yeah, keluarga memang satu-satunya tempat kembali setelah Allah. Dimana bisa berbuat dan bertingkah apa saja semau kita. Dimana bisa bercerita apa saja tanpa rasa sungkan. Mungkin dulu, aku tidak bisa merasakan hal semacam itu terlalu nyata karena keseharian memang mengharuskan. Tetapi ketika jarak memisahkan, masihkah tidak bisa merasakan hangatnya kebersamaan dalam sebuah keluarga?
Mungkin memang tidak ada keluarga yang sempurna. Setiap sesuatu memang tidak akan ada yang sempurna kecuali Sang Maha Pencipta. Tapi keluarga kecil ini, ah, rasanya aku masih sesuatu yang terlalu kecil, sangat kecil. Dulu sewaktu zaman-zaman sekolah, pergi sehari, dua hari, bahkan seminggu atau lebih tanpa orangtua itu biasa. Aku, dan bahkan orangtuaku menganggap aku sudah bisa untuk pergi sendirian. Begitu juga ketika aku disini. Kuliah, menjadi anak perantauan yang jauh dari orangtua. Awalnya aku merasa biasa saja, toh lama-kelamaan aku pasti bisa menyesuaikan diri dengan segala yang ada disini. Tetapi ternyata, ada saatnya kita kangen rumah. Homesick, katanya. Dimana aku merasa benar-benar kesepian. Mungkin aku tidak benar-benar sendiri, tetapi suasana yang berbeda entah mengapa tiba-tiba sangat terasa. Bangun sendiri, makan sendiri, semuanya! Entah mengapa, saat-saat seperti itu yang biasanya terasa biasa saja, pada saat itu menjadi berbeda. Mungkin itu yang dinamakan homesick. Saat bangun tak terasa pipi basah dan terisak. Teringat bayangan kedua orangtua, sangat nyata. Betapa mereka mengharapkan kita menjadi sosok yang bisa mereka banggakan suatu saat nanti. Ah..
Lalu ada saatnya untuk bertemu. Awalnya aku merasa biasa saja, ini adalah liburan yang menyenangkan! Perbaikan gizi, yeah. Jalan-jalan melihat tempat baru, dan hal-hal menyenangkan lainnya. Tetapi ketika tiba saat untuk kembali ke rutinitas semula -- berkutat dengan laporan dan tugas -- rasanya semua yang ada dalam tubuhku menolak. Entah mengapa aku jadi enggan untuk pulang. Dan, air mataku menetes.
Ada saatnya ketika kita tidak bisa mengungkapkan apa yang kita rasakan, atau bahkan kita tidak tahu apa yang sedang kita rasakan. Tetapi yang aku tahu, hidup dalam sebuah keluarga sederhana ini indah. Allahu Rabbi, jadikanlah keluarga kami keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Lindungilah selalu kami. Jagalah kami agar selalu berada di jalanMu, Ya Rahman. Keep my parents as well as they kept me when I was child. ^^
Love, mbak. :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Tulisan berikut sedikit melompat dari tulisan yang sebelumnya. Saya akan membahas bagaimana kami bisa survive untuk sholat di Jepang dengan ...
-
Angin segar bertiup riang Menembus embun pagi yang malu-malu Daun-daun yang berguguran Ditemani percikan air hujan yang lembut Indah ...
-
Aku ingin bercerita tentang kita. Iya, kamu, dan aku tentu saja. Aku ingin orang lain tahu, bahwa aku dan kamu telah menjadi kita. Ba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar