Akhir-akhir ini aku jadi sering mendengar kata ‘pesantren’. Tidak asing memang, tapi tetep aja kata itu bikin aku terhenyak. Gimana engga, sejak masuk kuliah banyak yang bertanya ke aku “Kamu dulu alumni pesantren, ya?”, “Kamu mondok dimana?”, “Kamu kaya kelompok itu deh” *sambil nyebut sebuah kelompok yang aku sendiri ga tau itu apa. Sedikit freak, memang. Haruskah seseorang yang memakai jilbab yang ‘sedikit’ menjulur ke bawah disebut sebagai anak pesantren? Haruskah itu terjadi apabila memang seharusnya itulah yang dibenarkan syariat?
Terkadang aku bingung, kenapa banyak orang mengibaratkan
jilbab yang ‘agak’ panjang dengan pesantren atau rohis. Memang, belum banyak
orang yang sadar bahwa sebenarnya itu yang dibenarkan. Aku sendiri dulu juga begitu. Dulu waktu SMP aku ga pernah pake kerudung
kecuali waktu ngaji atau ada acara keagamaan. Pikiran aku waktu itu sih simpel
aja, toh jilbab itu ga wajib, yang penting aku solat. Mungkin itu karena efek
ngajiku yang kurang serius atau bagaimana, entahlah wallahua’lam. Yang pasti,
aku pernah merasakan betapa aku merasa belum membutuhkan jilbab. Sampe aku sadar
bahwa itulah identitas yang membedakan aku, umat Rasulullah, dengan orang-orang
kafir.
Kadang, ngerasa sedih juga ketika melihat orang-orang
terdekat kita masih belum memiliki ‘identitas’. Bukannya sok atau apa, tapi
coba deh dirasakan, ketika memakai jilbab yang ‘benar’, rasanya indaaah banget!
Mungkin aku emang masih pemula, tapi yakin deh, rasanya itu sangat berbeda. Disini
aku tidak menekankan pada ayat-ayat Al-Qur’an atau apa, karena aku yakin semua
orang bisa mencari jawabannya sendiri. Tapi aku hanya ingin sedikit berbagi
aja, betapa indahnya semua itu. Ketika tidak sembarang lelaki bisa melihat kita
dengan seenaknya. Ketika harga diri terasa lebih ‘tinggi’. Entahlah, aku hanya
bahagia dengan hidupku sekarang, insyaAllah.
Yeaah, terkadang masih makjleb juga kalo tahu bahwa
orang-orang yang katanya lulusan pesantren tetapi jilbabnya terbang entah
kemana. Sedih. Sekali lagi, bukannya sok atau apa, tapi sayaang aja kalo mereka
menyiaka-nyiakan apa yang telah mereka dapatkan, sedangkan di sisi lain, aku
tengah mengais-ais pengetahuan tentang semua itu.
Tetapi dibalik semua itu, ketika kita mampu mengambil
hikmahnya dengan terus memperbaiki diri, insyaAllah akan dimudahkan. Semoga Allah
selalu menjaga keistiqomahan kita di jalanNya. Semoga Allah meluruskan niat
kita dan menjadikan kita seseorang yang lebih baik lagi. Aamiin.
YK,
1 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar