Malam mulai menyapa. Dingin mulai
merasuki sekujur tubuhku. Ini masih di
Indonesia, put, gerutuku dalam hati. Saat ini bagianku menjaga
barang-barang kami. Dua temanku sedang mengerjakan tugas di dalam, dan satu
lagi sedang mendapat jatah tidur. Ya, kami sedang menanti fajar datang agar
segera masuk dan terhindar dari gemerlapnya dunia malam ibukota. Kami baru akan
menaiki pesawat besok pagi sehingga belum boleh melakukan check in dengan barang segudang. Baiklah, menggelandang dimulai disini!
Lengkap dengan laporan yang masih
tersegel, aku duduk di pelataran
bandara. Di hadapan sejumlah koper-koper luar biasa besar (dan berat). Malam
ini luar biasa. Perjalanan yang tidak akan dilupa, karena kali pertama. Namun belum
banyak yang berbeda karena masih di Indonesia. Bunyi klakson yang
bersahut-sahutan sedari tadi di stasiun hingga sekarang di bandara, seakan
bunyi-bunyian yang biasa. Tidak ada yang mau kalah, apalagi mengalah. Ah,
manusia.
Ada beberapa orang yang juga
sedang menggelandang seperti kami.
Mereka menghabiskan malam ditemani segelas
kopi, hangat di malam yang dingin. Sedangkan aku yang sendiri, hanya bisa gigit
jari. Entahlah, sepertinya ada beberapa barang yang tertinggal, tapi semoga
tetap bisa bertahan. Akhirnya aku membuka slayer
yang awalnya kugunakan sebagai tanda pengenal koper sebagai syal dadakan. Cukup
hangat, rupanya.
Sembari menulis aku mengamati
sekitar. Sesekali menegok ke tumpukan koper-koper di hadapan, melihat sekilas
keadaan orang-orang sekitar, berusaha menangkap raut baik dari setiap orang yang melihat ke arah kami. Dingin mulai
menyapa lagi. Tetesan air hujan tidak terasa menemani. Segar, bau tanah. Namun
kesegaran itu pada akhirnya harus kalah dengan aroma sengak asap rokok di sekitar. Ah, lagi-lagi manusia, semoga bisa jera dan mengambil hikmahnya.
Butuh beberapa penyesuaian
dimulai dari sini, terutama kamar mandi. Haha, terlalu ndeso, mungkin. Kran airnya terlalu simpel hingga membuatku basah
kuyup dan harus rela sedikit bersapa dengan dingin ketika angin menerpa. Anggap
saja latihan, sebelum hawa musim dingin 5 derajat benar-benar menyapa. Gimme
strength, Rabb.
Cukup. Aku ingin melanjutkan
malam dengan menatap langit, dan menengadah. Sepertinya esok akan menjadi hari
yang lebih indah. Ya, aku siap. Namun aku harus menyelesaikan tugasku, LAPORAN.
Face the sleepy yeah!
Bandara Soekarno Hatta,
Jakarta, 8 Desember 2013 22:18
Andika Putri Firdausy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar