Mimpi itu...
Ingin bercerita sedikit tentang mimpi.
Pernah suatu ketika, sekitar 3 tahun yang lalu, aku memiliki sebuah mimpi. Bagiku, mimpi itu sah-sah saja dimiliki oleh anak seumuranku. Tapi...
Ya. Aku pernah bermimpi, berkeinginan dengan sangat untuk memasuki sebuah jurusan untuk kuliahku nanti. Wajar saja bagi seorang anak SMA sepertiku (dulu) memiliki impian seperti itu. Hanya saja, entahkenapa orang terdekatku seakan mencegah dan melarangku. Caranya bahkan bisa dibilang terlalu blak-blakan. Entah karena terlalu jujur, aku saja yang terlalu sensitif, atau memang begitu adanya? Entahlah. Yang pasti aku tahu aku ingin. Itu saja.
Lalu berikutnya, sepertinya aku sadar bahwa passionku memang tidak disitu. Aku mencoba ikhlas walau terkadang masih sedikit sedih dengan cara yang pernah kuterima. Lalu mimpiki berikutnya adalah ingin menjadi penulis. Lagi, mimpiku dipatahkan. Katanya, aku tidak berbakat menulis. Ada sesorang di dekatku yang lebih pandai menulis, lebih bagus tulisannya daripadaku. Sakit? Tentu saja. Belum apa-apa mimpiku sudah dipatahkan, bahkan oleh orang yang kupercaya sekalipun. Tapi yasudahlah, toh menulis itu bisa diman saja. Dan baru kusadari, mungkin hal itulah yang membuatku sering ogah mempublikasikan tulisanku. Mungkin. Entahlah.
Tetapi sekarang, ternyata aku bisa bergabung dengan salah satu organisasi kepenulisan. Ya meskipun porsiku masih sebagai anggota amatiran, tetapi tetap saja hal ini membuktikan bahwa ternyata mimpi itu masih ada.
Satu lagi mimpiku, adalah berkuliah di salah satu universitas ternama di negeri ini. Tak terlalu muluk, kan untuk seorang anak SMA? Dan, ternyata aku mendapatkan dukungan, penuh. Bahagianya diriku. Tapi ternyata cerita tidak berhenti sampai disitu. (bisa dibaca di: http://andikaputrii.blogspot.com/2013/01/im-earth-doctor.html)
Pernah, seorang teman bercerita kepadaku. Dia bercerita akan mimpinya yang ini-itu. Akupun sangat antusias dan memberinya semangat. Lalu di akhir, dia mengatakan: "mungkin sebaiknya aku mengubur semuanya, mimpi-mimpiku sudah tidak berarti lagi. orangtuaku tidak menginginkannya..."
Sedih sekali hati ini mendengarnya, perih. Lalu kukatakan padanya, bahwa mimpi-mimpinya yang luar biasa itu, justru suatu saat dapat membuat orangtuanya bangga, dan bahkan meminta lebih dari yang dia lakukan. Dan alhamdulillah, setidaknya dia masih melanjutkan usaha untuk meraih mimpinya, meski aku tidak tahu lagi bagaimana ceritanya.
Satu hal yang kudapat dari mimpi adalah: Jangan pernah mematikan mimpi, atau bahkan menguburnya!
Tidak!
Mimpi adalah suatu hal yang harus terus dikejar, harus terus diperjuangkan. Kalau perlu sampai titik darah penghabisan.
Mengejar mimpi, itu tidak berarti hanya memikirkan dunia tetapi justru merupakan sarana untuk meraih mimpi abadi di akhirat. Ya. Masih banyak jalan yang harus ditempuh untuk mendapatkan semuanya: kebahagiaan dunia dan akhirat.
Raih semua mimpimu, jadikan ia sebagai jembatan menuju mimpi abadi di jannahNya.
Bismillah.
Seperti air yang membawa kesegaran, seperti angin yang membawa kesejukan, dan seperti api yang membawa kehangatan.
Minggu, 25 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Tulisan berikut sedikit melompat dari tulisan yang sebelumnya. Saya akan membahas bagaimana kami bisa survive untuk sholat di Jepang dengan ...
-
Angin segar bertiup riang Menembus embun pagi yang malu-malu Daun-daun yang berguguran Ditemani percikan air hujan yang lembut Indah ...
-
Aku ingin bercerita tentang kita. Iya, kamu, dan aku tentu saja. Aku ingin orang lain tahu, bahwa aku dan kamu telah menjadi kita. Ba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar