Seperti air yang membawa kesegaran, seperti angin yang membawa kesejukan, dan seperti api yang membawa kehangatan.
Selasa, 11 Desember 2018
Tiga Puluh Hari Bersamamu
Selamat satu bulan pernikahan, Sayang.
Tidak terasa hari terus berganti begitu cepat ketika kita bersama. Setengah dari perjalanan yang kita lalui bersama-sama. Menjadi manusia asing yang tiba-tiba adalah segalanya. Membuat kita sama-sama belajar bahwa hidup ini memang penuh perbedaan dan tentang bagaimana kita menjadikannya seirama dengan menemukan titik temunya.
Selamat satu bulan pernikahan, Sayang.
Waktu menjadi sedikit melambat ketika kita berpisah untuk sementara. Setengah dari perjalanan yang kita lalui bersama di tempat yang berbeda. Tak apa, selama kita masih di atas bumi dan di bawah langit yang sama. Menjadi manusia asing yang tiba-tiba harus saling memberikan perhatian dan pengertian. Menjadi manusia yang langkahnya menjadi sangat 'bergantung' pada layar enam inchi. Membuat kita sama-sama belajar bahwa jarak bukanlah penghalang yang berarti bagi orang-orang yang sangat berarti.
Terima kasih, Sayang.
Telah datang dengan cara yang baik dan di waktu terbaik menurutNya. Terima kasih untuk satu bulan kebersamaan kita. Mungkin kita hanyalah dua manusia biasa yang dipertemukan takdirNya. Mari merawat cinta bersama, hingga bersama pula menuju surgaNya.
"Sakinah, tentram ketika bersama, juga tentram ketika berpisah", begitu katamu, bukan? Semoga Allah senantiasa memberkahi dan melimpahkan ketentraman pada keluarga kita.
Selamat satu bulan pernikahan, Sayang.
Semoga selamanya bersama.
Jakarta, 11 Desember 2018
Ny. Jihad
Senin, 10 Desember 2018
Sholat Malam dan Rindu
Di malam yang dingin dan sesunyi ini, menarik kembali selimut tentu sangat menyenangkan. Bebas dari hawa dingin dan nyamuk ganas ~
"Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk sholat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, ..."
Bentar deh.. Lima menit lagi...
"Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang. ..."
Eh?
=====
Surat Muzzammil ini, sungguh mencabik-cabik perasaan kita. Bagaimana bisa kita terlalu sibuk dengan dunia di siang hari, lalu di malamnya pun tak kita sempatkan waktu untuk menuntaskan rindu dengan Sang Pencipta?
Sering, kita sudah diberikan tanda untuk terbangun di malam hari. Sayangnya, sinyal-sinyal itu sering kita abaikan. Menarik lagi selimut adalah hal yang nikmat dan tak pernah ragu kita lakukan. Alarm yang sudah meraung-raung pun kita matikan cuma-cuma. Tunda lagi, tunda lagi. Sampai adzan menyahut-nyahut, baru kita terkaget-kaget. Atau, malah masih asik berselimut?
Padahal, sudah jelas bahwa Allah sudah memilih kita untuk menjadi satu dari sekian yang 'dipanggil'. Kadang, melalui hawa dingin yang tetiba menyeruak dan membuat kita terbangun menggigil. Kadang, melalui nyamuk ganas yang menggigit tanpa ampun hingga kita terbangun gatal-gatal. Kadang, melalui alarm yang meraung-raung, suara tetangga yang berisik, selimut yang terjatuh, keinginan untuk berhajat ke kamar mandi, atau hal-hal kecil lainnya yang mungkin tidak kita sadari bahwa itu adalah tanda.
Tanda, bahwa Allah sedang merindukan hambaNya.
Lalu, apakah kita menyambut panggilan rindu itu? Atau hanya sebatas lalu saja? Bukankah, di setiap sepertiga malam itu, adalah waktu terbaik kita bertemu denganNya? Seberat itukah menuntaskan rindu dengan Sang Pencipta? Seberat itukah kita tundukkan diri sejenak melalui Qiyamul Lail dibandingkan apa yang telah Allah berikan kepada kita? Apa kita tidak rindu? Apa kita tidak ingin membalas rindu itu?
=====
Ah iya, tentang rindu.
Barangkali rindu itu berat. Eh, emang berat sih ya. Tapi, bukankah kita tetap senang merindu? Bukankah kita menikmati setiap saat kerinduan sampai kita menyapa temu? Bukankah, kita akan melakukan dan memperjuangkan apapun untuk mempersiapkan pertemuan itu sebaik mungkin? Baik dengannya, apalagi denganNya, bukan? Baik dengan ciptaanNya, apatah lagi dengan Penciptanya, kan?
=====
Kalau sholat malam dan rindu sama-sama berat, barangkali kolaborasi keduanya akan saling meringankan? Semoga keduanya berujung pertemuan membahagiakan. Mari kita buktikan. ❤
Jakarta, 10 Desember 2018
Di ujung pagi, diantara nyamuk ganas, dan berisik musik tetangga. It's okay, mari menuntaskan rindu, juga untuk mempersiapkan temu :3
-
Tulisan berikut sedikit melompat dari tulisan yang sebelumnya. Saya akan membahas bagaimana kami bisa survive untuk sholat di Jepang dengan ...
-
Angin segar bertiup riang Menembus embun pagi yang malu-malu Daun-daun yang berguguran Ditemani percikan air hujan yang lembut Indah ...
-
Aku ingin bercerita tentang kita. Iya, kamu, dan aku tentu saja. Aku ingin orang lain tahu, bahwa aku dan kamu telah menjadi kita. Ba...