Hadits Arba'in 27: Antara Kebajikan dan Dosa
Nawwas bin Sam'an ra. berkata, Nabi saw. bersabda,
"Kebajikan adalah akhlak terpuji, sedangkan dosa adalah apa yang meresahkan jiwa dan kamu tidak suka bila dilihat orang lain." (h.r. Muslim)
Riwayat lain menyebutkan, Wabishah bin Ma'bad ra., berkata, Aku mendatangi Rasulullah saw., lalu beliau bertanya,
"Kamu datang untuk bertanya tentang kebajikan?" Aku menjawab, "Ya." Beliau bersabda, "Tanyakan kepada hatimu sendiri. Kebajikan adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu tenteram, sedangkan dosa adalah apa yang membuat jiwa dan hatimu gelisah, meskipun orang lain berulang kali membenarkanmu." (h.r. Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Ad-Darimi. Hadits ini hasan).
Tiba-tiba, saya ingat materi kelas Tafsir Hadits malam itu. Rabu malam yang syahdu. Ustad sedang membahas tentang tafsir mengenai Hadits Arba'in yang ke-27.
Hadits ini cukup mak jleb-jleb buat saya, kyaaa.
Hadits ini cukup mak jleb-jleb buat saya, kyaaa.
Kenapa?
Silahkan kembali dicermati redaksi haditsnya. Betapa manusia itu sungguh keterlaluan.....
Sebenarnya Allah telah menciptakan hati kita sedemikian rupa sehingga pasti kita bisa merasakan mana perbuatan yang termasuk kebajikan, dan mana yang termasuk dosa. Hati adalah organ yang sangat 'sensitif'. Bahkan, pikiran buruk 'saja' akan mempengaruhi keadaan hati kita, termasuk secara fisik. Seharusnya hati menjadi pengingat utama diri kita. Hati yang senantiasa bersih akan selalu peka dengan apa-apa yang disekitarnya.
Sayangnya, terkadang kita sendiri yang menolak kata hati kita. Kita lebih sering 'memaklumi' diri kita sendiri. Padahal sebenarnya Allah telah menunjukkan kebenaran yang sejati melalui hati kecil kita.
Kita menjadi terlalu sering memberi pemakluman terhadap perbuatan kita sendiri, padahal hati kecil kita sudah melarangnya. Kita menjadi lebih sering mencari-cari pembenaran dari orang lain; yang meskipun dianggap salah oleh orang lain, kita akan tetap merasa benar; atau bahkan, yang meskipun dibenarkan orang lain, sebenarnya hati kitapun sudah mengetahui mana yang benar dan salah. Hanya, mata kita yang tertutup; atau, hati kita sudah tak mampu membedakan yang haq dan bathil lagi? :')
Benar. Terkadang perasaan was-was ketika (akan) merasakan, mengucapkan, atau melakukan sesuatu itu hal yang wajar, baik malah. Disitulah hati kita bekerja; ia akan memberikan sinyal-sinyal apakah yang akan kita pilih itu suatu kebajikan atau justru sebaliknya. Akan tetapi, jika hati kita sudah tidak merasakan perasaan was-was ketika sudah jelas-jelas akan melakukan perbuatan dosa, maka kita sudah berada di ambang batas dimana diri kita sudah tak mau dan tak mampu membedakan yang haq dan bathil. Segera bertobat dan kembali pada jalan yang benar.
"Yaa muqollibal quluub, tsabbit quluubana 'alaa diinik. Yaa mushorrifal quluub, shorrif quluubana 'alaa thoo'atik. Nawwir quluubanaa ya Allah, kaqolbi Rasulika ya Allah"
Semoga kita Allah senantiasa memantapkan hati-hati kita pada kebajikan. Semangat berhijrah!
-Muharram, bulan ketika kita 'berhijrah' :)
Yogyakarta, (selesai diedit 26 Oktober 2015 16:46)
Yogyakarta, (selesai diedit 26 Oktober 2015 16:46)