Minggu, 26 Oktober 2014

Bunga, Burung, dan Kupu-kupu

Bunga, Burung, dan Kupu-kupu

“Bunga tidak pernah tahu bahwa dirinya harum. Burung tidak pernah tahu kalau suaranya merdu. Dan kupu-kupu tidak pernah tahu kalau dirinya indah.”

Bukankah Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna?

Seringnya kita lupa, bahwa penciptaan manusia pada dasarnya memiliki tujuan yang besar. Sebagai hamba Allah, dan tentu saja sebagai khalifah di muka bumiNya. Allah menciptakan kita di dunia, bukan hanya untuk bersenang-senang, apalagi bersantai ria, tetapi lebih dalam yaitu memakmurkan bumi ini, beramar ma’ruf nahi munkar. Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan untuk melaksanakan amanah tersebut. Jangan pernah berpikir bahwa itu hal yang sulit, karena bukankah setelah kesulitan ada kemudahan? Dan hei, Allah tidak akan menguji melebihi kemampuan hambaNya, kan? So, lets do it, dude!


Pertama: Kenali Diri

Salah satu hal paling jitu untuk konsisten melakukan sesuatu adalah mengenali diri kita sendiri, mengenali apa yang kita sukai. Masih ingat dengan passion? Yap, passion adalah hal yang kita gemari dan itulah yang akan membuat kita bertahan melakukan sesuatu. You will working without feeling that you’re working. Ketika kita mampu mengenali apa yang kita sukai, kita tidak akan pernah bosan ketika melakukannya. Mungkin ada titik jenuh pada suatu masa. Akan tetapi, perasaan bahagia akan melarutkan emosi negatif lainnya. Percayalah, apapun passion kita, itu akan dapat membuat kita lebih berkembang. Temukan, dan kembangkan talentamu!

Kedua: Menjadi Diri Sendiri
Be yourself adalah salah satu motto hidup yang menurut saya keren. How come? Iya dong, menjadi diri kita sendiri adalah yang terbaik. Buat apa susah-susah menjadi orang lain kalau bisa menjadi diri sendiri. Nih ya, ketika kita menjadi orang lain, kita tidak akan memiliki sesuatu yang alamiah dari diri kita sendiri. Artinya? Kalau boleh ekstrim sih, malah saya bilang itu menolak takdir. Kenapa? Ya karena kita tidak mau menerima diri kita sendiri. Setiap manusia diciptakan berbeda, dan hal itulah yang membuat setiap manusia itu unik. Kalau di pelajaran geografi ya – teori keruangan – , ada teori kalau “setiap tempat itu unik”. Tuh, setiap tempat aja unik, apalagi manusia? 

Sebenarnya juga, kunci setiap perubahan adalah ada pada diri kita sendiri. Misalnya kita saya ini orang yang hobi tidur. Nah, cara untuk berubah tidak akan pernah ada di tangan orang lain, tapi diri saya sendiri. Percuma saya meminta orang lain untuk memarahi saya atau membangunkan saya kalau diri saya sendiri nggak mau bangun. Percuma saya setting alarm puluhan kali kalau ujung-ujungnya saya sudah hafal tombol mematikan alarm tersebut. Jadi kesimpulannya, semua kunci ada pada diri kita sendiri. Kita yang berbuat, kita yang bertanggung jawab. Akan tetapi, jangan lupa untuk menjadi dirimu sendiri, ya. Setiap tempat itu unik, apalagi manusia. So, just be yourself, guys!

Ketiga: Being Special
“Being special is not only being the best, but also can do better” (Firdausy, 2014). Nyehehe, itu quotes dari saya sendiri, ya. Boleh percaya boleh tidak, tapi saya meyakininya. Setelah yakin bahwa setiap orang itu unik, tentu saja kita yakin bahwa setiap orang itu spesial. Tidak peduli siapa dan darimana. Entah kulitnya hitam atau putih. Tidak mau tahu dia kribo atau klimis. Entah jangkung atau gembrot. No SARAP (suku, ras, agama, dan IP). Everyone is specialBagi saya, menjadi yang terbaik itu spesial, tetapi menjadi yang spesial itu lebih baik. Coba kita membedakan ‘spesial’ dengan ‘terbaik’ ya. 

Terbaik. Dari kata-katanya saja, saya sudah cukup merinding disko. Pasti nih ya, kata terbaik berasosiasi dengan kata ‘paling’. Paling pandai, paling tsantik, paling kaya, dan paling-paling lainnya. Yang pasti bukan paling-paling bohong. Um, saya juga baru kepikiran, ternyata kata paling ini bisa saja berpotensi ‘menuhankan’ diri kita lho. Nggak percaya? Saya juga baru sadar pas ngetik ini, mhihihi. Bayangkan, ketika kita merasa diri kita ‘paling’ pintar, misalnya, apa coba yang ada di pikiran kita? Kita akan merasa orang lain itu bodoh, orang lain tidak tahu apa-apa dibanding saya, atau, siapalah mereka itu, mending juga saya. Iya kan? Gitu kan? Sedangkan, diluar sana, banyak sekali orang-orang yang jauh lebih pintar dari kita. Dan hei, diatas orang-orang diluar sana, masih ada Dia Yang Maha Segalanya. Lalu, siapakah kita ini? ‘Aku tanpaMu, butiran debu’~ #nyanyih. 

Oke, kembali ke laptop. 

Sedangkan, ketika kita menggunakan kata spesial... Rasanya, itu lebih bisa diterima. 

Spesial. Kata ini tentu sangat relatif dan bisa dilihat melalui berbagai perspektif. Spesial dalam hal A, spesial di bidang B, spesial ketika melakukan kegiatan C, dan lain-lain. Ini sangat relatif, dan taraf yang bisa dicapai oleh semua orang. Banyak sekali. Semua orang akan menjadi spesial, dan semua orang memang spesial. Bagi saya sendiri sih ya, spesial itu tidak harus menjadi yang terbaik, tetapi menjadi lebih baik. Menjadi terbaik akan memberhentikan kita pada suatu titik, sedangkan menjadi lebih baik akan terus membuat kita berjalan hingga waktu yang memberhentikan. Cukuplah kita berusaha dengan semaksimal mungkin dan bertawakal pada saat yang tepat. Semua hal yang kita niatkan baik tidak akan ada yang sia-sia. Jadi, tetaplah menjadi spesial, teman-teman!

Last But Not Least
“Bunga tidak pernah tahu bahwa dirinya harum. Burung tidak pernah tahu kalau suaranya merdu. Dan kupu-kupu tidak pernah tahu kalau dirinya indah.”
Seringnya kita merasa teramat kecil hingga tidak sadar akan kemampuan diri kita sendiri. Boleh kita merasa kecil di hadapan Allah, tetapi jika dengan sama manusia kita ini sejajar (tidak sombong lho, ya). Ingat kan bahwa setiap kita adalah spesial? Kita diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Ada yang pintar tapi tidak cantik. Ada juga yang kaya, suka memberi, tapi tidak bisa mengatur waktu. Ada yang baik tapi dia berantakan. Everything. Kita tidak pernah salah diciptakan, tetapi mungkin kita hanya belum tahu akan seperti apa akhirnya hidup kita dijalankan. Artinya? Mari kita sama-sama cari potensi kita, mengembangkannya, dan memanfaatkannya untuk kehidupan ini. Salah satu cara untuk ‘berterima kasih’ atas anugerah hidup kita adalah menjadi manusia yang bermanfaat sebanyak mungkin. Jadilah penebar kebaikan yang senantiasa menebar kebermanfaatan. Dan, jadilah dirimu sendiri, ya! :)

PS. Semoga tulisan ini menjadi salah satu jalan saya menebarkan kebaikan. ^^

Selesai ditulis,
26 Oktober 2014 21:29


Yogyakarta,
Andika Putri Firdausy


Special thanks to: GMIF Batch 1, Kommapres, GMIF Batch 2
Alhamdulillah, hari yang luar biasa

2 komentar:

  1. what a lucky morning a read this 'hot' article. Keren! Jadi bahan renungan dan bahasanya g "mario teguh" banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kyaaa maturnuwun maas. masih harus banyak belajar banget terutama dari suhu2 spt mas irsyad dll hehe *salim* :D

      Hapus

Berkumpul di Jannah