Saya ini pemimpi.
Bukan.
Bukan pemimpi hasil bunga tidur lho ya. Ya, meski salah satu hal yang paling
sulit saya hindari adalah tidur. Tapi, saya memang seorang pemimpi. Pemimpi
sejati. Tapi sayangnya terkadang mimpi itu melenakan, ya? Saya sering mendengar
orang berkata berbagai pendapat tentang mimpi. Mimpi yang harus tinggi,
ditulis, kalau perlu dirinci secara visioner supaya jtujua hidup kita jelas.
Well, itu benar sekali. Tapi, kalau cuma nulis ‘aja’, kadang kekuatan mimpi itu
jadi kurang.
Saya ini pemimpi.
Bukan.
Bukan mimpi yang ditulis besar-besar di depan pintu kamar supaya semua orang
bisa melihat dan mendoakan. Tidak. Saya bukan tipe se’berani’ itu. Saya masih
sering merasa kecil. Meski saya sendiri pernah bilang bahwa memang salah satu
cara mengingat mimpi adalah menuliskannya.
Bukan hanya mimpi bahkan, tetapi banyak hal, akan lebih mudah diingat jika
pernah dituliskan. Tapi, beda dengan mimpi. Jika hanya ditulis, mimpi itu
selamanya hanya akan menjadi mimpi. Tetap selalu menjadi mimpi.
Saya ini pemimpi.
Bukan.
Bukan pemimpi yang kemudian dengan beraninya meminta restu kepada orang-orang
terdekat untuk mewujudkan. Saya bukan pemimpi yang berani mengambil
langkah-langkah ‘gila’ untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya. Saya bukan pemimpi
yang punya cukup keberanian untuk ‘mencuri’ ilmu dari para pengejar mimpi
lainnya. Saya tidak seberani itu. Bahkan mungkin sampai sekarang.
Saya ini cuma pemimpi kecil, yang beraninya menulis
mimpi di ingatan. Saya ini cuma pemimpi kecil, yang paling mentok nulis mimpi di buku harian yang disimpan rapat-rapat. Saya
ini cuma pemimpi kecil, yang jangankan punya mimpi yang mustahil, mimpi saya
itu lebih banyak hal ‘remeh-temeh’; tapi saya akui memang banyak. Saya tidak
cukup berani untuk bermimpi memeluk bulan.
Lha wong, saya ini cuma orang kecil.
Tapi, saya berharap itu
tidak lagi terjadi.
Dunia ini terlalu luas sepertinya untuk ‘hanya’ menjadi seorang pemimpi kecil...
Dunia ini terlalu luas sepertinya untuk ‘hanya’ menjadi seorang pemimpi kecil...
Saya punya banyak mimpi,
banyak sekali. Dari hal sederhana yang mungkin orang pun enggan memimpikannya,
hingga hal rumit yang bahkan orang tidak mungkin memikirkannya. Saya suka
sekali bermimpi. Walaupun, mimpi itu beda tipis dengan khayalan. Dan berkhayal,
itu bukanlah suatu nilai yang akan saya pegang. Tidak, bermimpi itu ternyata
sangat berbeda jauh dengan berkhayal.
Khayalan akan membuat
kita semakin nyenyak tertidur, sedangkan mimpi akan membuat kita henyak
terbangun.
Khayalan pula tidak akan membuat kita melangkah maju, tetapi mimpi
tidak akan membuat kita berhenti.
Tertanda,
Sang Pemimpi(n) Sejati.
To be continue*