P.A.T.A.H
Patah.
Sayap-sayap burung yang indah itu mulai patah.
Ranting-ranting pohon yang kuat itu mulai patah.
Semua menjadi basah.
Seperti
kertas yang tercelup dalam air.
Basah, lalu entah berubah menjadi apa.
Lembap,
lalu sedikit demi sedikit terlepas.
Tercerai-berai.
Hancur berantakan.
Bukankah sudah sering kubilang, jangan pernah berharap
pada sesosok makhluk. Apatah lagi manusia. Yang seringnya hanya bisa berdusta
ketika berkata. Yang serinya hanya bisa ingkar ketika berjanji. Yang seringnya
berkhianat jika dipercaya.
Bukankah sudah sering kukatakan, jangan pernah letakkan
alasan pada sesuatu selainNya. Yang karena selainNya tidak akan pernah
memberikan kepastian yang nyata. Yang karena selainNya tidak bisa mengerti kita
seutuhnya.
Penciptaan manusia memang sangat rumit. Bukan bagi
penciptanya, tetapi bagi yang diciptakan. Sungguh manusia telah sering
melampaui batas-batas yang telah ditetapkan. Sungguh manusia telah sering
melampaui batas-batas yang bisa disanggupi dirinya sendiri.
Terkadang kita tidak pernah tahu batasan diri kita
sendiri, apalagi untuk memahami batasan orang lain. Maka akan lebih baik jika
kita mampu memahami diri kita sendiri terlebih dahulu. Seutuhnya. Kemudian belajar
memahami orang lain. Dan terakhir, baru meminta hak kita untuk dipahami oleh
orang lain.
Rabbi,
ighfirli, ya Allaah...
Selesai di tulis, Maguwo 11
Januari 2015 22:28
-Andika Putri Firdausy